Erizeli Jely Bandaro: Memahami Negara China
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 22 Oktober 2022 07:55 WIB
Mereka paham betul mengelola SDM yang besar untuk menghela visi besar lompatan jauh ke depan.
Ketiga. Benar bahwa China menerapkan ekonomi pasar dan kapitalisme. Tapi itu hanya metodologi mencapai tujuan sosialisme. Bukan menerapkan cara berpikir kapitalisme. Makanya mereka enak saja kalau sekelas Jack Ma harus dibonsai.
Banyak orang kaya karena selebritis dibonsai. Itu karena tidak sesuai dengan tujuan sosialisme, yang bertumpu kepada ekonomi tradable. Itu sebab mata uang dikendalikan negara, bukan oleh pasar.
Baca Juga: Widih, Kini Grab Gaet i.saku Beri Kemudahan Pilihan untuk Bayar GrabCar dan GrabBike
Demokrasi bukan sekedar kebebasan berbicara tetapi substansinya adalah kebebasan mendapatkan hak ekonomi dan sosial lewat produksi. Jangan kaget bila korupsi, narkoba, human trafficking, terorisme, dianggap kejahatan terhadap ideologi dan harus dihukum mati.
Keempat. Benar bahwa China anti agama. Tapi itu dalam konteks bernegara. Dalam konteks private. Bagi China, agama itu dianggap sama dengan kebudayaan. Justru harus dijaga dan dilestarikan dalam bentuk perbuatan.
Mengapa? karena politik China menerapkan falsafah Confucius. Yang bertumpu kepada hukum alam. Utamakan hubungan yang ideal antar sesama manusia.
Sederhananya, setiap manusia harus punya budi pekerti, rasa kemanusiaan, dan kebaikan di dalam diri; berkaitan dengan kepatuhan dan semua perbuatan yang benar, keserasian antara ibadah, tingkah laku, adat istiadat, sopan santun, dan tata krama.
Baca Juga: 3 Rekomendasi TV Digital Harga Murah Tapi Berkualitas
Kelima, China bukan negara terdepan dalam hal inovasi. Tetapi negara terhebat dalam hal meniru dan memodifikasinya jadi lebih baik, memproduksinya jauh lebih banyak dari negara manapun.