Tuan MH Manullang, Wartawan Pejuang Layak Jadi Pahlawan Nasional
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 16 Juli 2022 16:10 WIB
“Tak kenal takut, sebelum ke Batavia, dia terlebih dahulu mengikuti Kongres Sumatera di Padang,” kata Prof Asvi Warman Adam.
Berlayar dari Padang, tiba di Tanjungpriok Maret 1922, dia disambut teman-teman seperjuangan. Ia masuk Cipinang pada 26 Agustus 1922 dengan gagah berani, diantar para pendukung, di mana Tuan MH masih sempat berpidato membakar semangat. Penjara menjadi “universitas” bagi Tuan MH, membuatnya kian mantap menapak garis perjuangan.
Setelah bebas dari Cipinang 1923, pada 17 Februari 1924 dia menyelenggarakan Kongres Persatuan Tapanuli – dengan peserta: Sarekat Islam Tapanuli, Hatopan Kristen Batak, Komite Persatuan Sumatra dan banyak organisasi lagi. Di sini, dia sudah sadar, semen elemen bangsa harus berjuang bersama.
Tahun 1924 menerbitkan surat kabar Persamaan di Sibolga, berbahasa Melayu. Setelah memiliki perusahaan percetakan Kemajuan Bangsa, 1926 menerbitkan surat kabar Pertjatoeran juga di Sibolga.
Baca Juga: Contoh Perkenalan Diri saat MPLS agar Tidak Canggung dan Malu
Cakrawala perjuangan semakin luas, surat kabar tidak lagi berbahasa Batak, tapi sudah berbahasa Melayu. Bibit kebangsaan semakin kental. Dia pun sudah sadar, bukan hanya kecakapan jurnalistik, alat produksi juga perlu.
Sekolah ke Singapura
Koran BSB yang “dibunuh” Belanda (1907) yang cetak di Padang, diterbitkan Tuan MH ketika masih berusia 18. Setelah BSB “dibunuh,” tahun 1907 itu juga Tuan MH sekolah ke Singapura, di Methodist Senior Cambridge School (MSCS).
Tahun 1910 kembali ke Tanah Air, mendirikan sekolah di 7 tempat di Jawa Barat. Tuan MH menurunkan uang sekolah untuk pribumi dari 2,5 Gulden menjadi hanya 25 sen.
Baca Juga: Teka Teki MPLS: Apa Artinya Buah Dad Say Yes? Ternyata Jawabannya Ini