Strategi Nadiem: Belajar Bukan untuk Ujian
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 25 September 2022 21:40 WIB
Itu soal-soal yg sudah terselesaikan ratusan tahun yang lalu. Sekarang juga banyak formula solver di komputer yang dengan cepat dan tepat menyelesaikan persamaan differential dasar.
Jadi bisa menyelesaikan soal itu sendiri hampir nggak bernilai apa-apa. Menghapal jawaban atau cara menyelesaikannya lebih bodoh lagi. Pendidikan matematika yang baik, jauh lebih dalam daripada cuma menyelesaikan soal.
Yang dididik dalam matematika adalah kemampuan untuk berlogika secara sistematis.
Baca Juga: Derby Manchester, Roy Keane Dapat Cibiran dari Suporter The Reds
Seperti membuat strategi yang masuk akal untuk menyelesaikan soal, membagi soal yang sulit menjadi bagian-bagian yang lebih mudah, melakukan abstraksi dari problem yang nyata menjadi formula yg bisa dimanipulasi, melakukan inferensi ataupun deduksi.
Di matematika terapan, yang sangat penting adalah kempuan untuk melakukan analogi: mengubah sudut pandang untuk melihat satu persoalan baru dari perspektif lain yg lebih kita kenal.
Kemampuan seperti ini cuma bisa didapat kalau kita mengerti esensi, bukan menghapal. Dan kemampuan seperti ini akan berlaku secara universal di dalam kehidupan si pembelajar itu seterusnya, tidak berhenti di saat dia lulus ujian.
Ini makna dari belajar. Ini tidak berlaku cuma untuk matematika, tapi juga untuk bidang-bidang lain.
Baca Juga: Kisah Nabi Nuh dan Terciptanya Danau Takengon, Negeri di Atas Awan
Nadiem Makarim, ingin menjadikan kemampuan seperti ini dipunyai oleh anak2 Indonesia, karena kemampuan seperti ini yg peting utk berkompetisi di level global.