Syaefudin Simon: Dr. (HC) M Habib Chirzin, Sang Midas
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 24 September 2022 17:25 WIB
Habib adalah tokoh Muhammadiyah yang sering rantang-runtung dengan Gus Dur. Bukan hanya itu. Habib yang putra Kyai Chirzin, tokoh Muhammadiyah Kota Gede Yogya ini, lebih akrab dengan kyai-kyai NU ketimbang dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah.
Alumnus Ponpes Gontor yang ikut membangun Ponpes Pabelan, Magelang bersama KH Hamam Ja'far itu - karena kedekatannya dengan NU -- kemudian menjadi tali penghubung antara Muhammadiyah dan NU.
Dalam buku karyaku, Pak AR Sang Penyejuk, Habib Chirzin kumasukkan dalam kategori Muhammadinu. Orang Muhammadiyah yang "melebur" dalam NU.
Baca Juga: Misi Gibran Rakabuming Raka Datangi Rocky Gerung adalah Satukan Kubu Cebong dan Kampret
Berbalikan dengan Prof. Dr. Abdul Mu'ti yang Sekjen Muhammadiyah -- dia adalah orang NU yang "melebur' dalam Muhammadiyah. Yang terakhir ini adalah Nuhammadiyah.
Dengan aktivitas dan relasi internasionalnya yang seabreg itulah kemudian Fakultas Filsafat UGM menyurati Habib untuk menyelesaikan kesarjanaan filsafatnya. Habib tak peduli.
Bagi Habib seperti pernah dikatakan padaku, ijasah paling berharga di dunia adalah sarjana muda. Kalau di dunia militer pangkat paling berharga adalah kolonel.
Habib menyatakan, tokoh-tokoh revolusioner dunia mayoritas adalah sarjana muda dan kolonel. Dia mememberi contoh Kolonel Muammar Gadafi dan Kolonel Fidel Castro.
Baca Juga: Analisis: Puan Maharani dan Dewan Kolonel Justru Akan Menenggelamkan PDIP di Pemilu 2024
Untuk Indonesia, Zamroni dan Sukron Makmun. Karena itu, Habib, ingin tetap berada dalam kesarjanamudaannya. M Habib Chirzin, BA.