Catatan Denny JA: Gagasan, Minyak, dan Momentum
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 12 Agustus 2025 06:17 WIB

-000-
Jauh di seberang Samudra Atlantik, dari tanah gersang Texas, Amerika Serikat, lahirlah sebuah kisah yang patut kita renungkan: Permian Basin.
Pada awal abad ke-20, wilayah itu nyaris mati. Ladang tandus membentang, pekerjaan langka, dan generasi muda pergi meninggalkan tanah kelahiran.
Baca Juga: Catatan Hamri Manoppo: Denny JA dan Peluang Nobel Sastra, Dari Puisi Esai Menuju Pengakuan Global
Wilayah ini segera mendapat label: “tidak ekonomis.” Sama seperti banyak lahan minyak di Indonesia yang kini juga diberi label serupa.
Semuanya berubah ketika teknologi baru ditemukan: hydraulic fracturing. Dalam kurang dari dua dekade, kota itu bangkit menjadi salah satu ladang minyak terbesar di dunia.
Sekolah dibangun, rumah sakit diperluas, bisnis tumbuh. Dan yang terpenting—anak-anak muda pulang, membawa kembali denyut kehidupan.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Berapa Banyak Lagi Kematian yang Kau Tunggu?
Energi tidak hanya menghidupkan mesin, tetapi juga menyalakan kembali mimpi-mimpi yang pernah layu.
Kisah itu relevan bagi kita, karena Indonesia pun pernah memiliki masa emas yang kini hanya menjadi kenangan. Dan sejarah membuktikan: masa emas bisa bangkit kembali.
-000-
Baca Juga: Denny JA Menyediakan Dana Abadi untuk Puisi Esai
Pada 1970-an, Indonesia masuk 10 besar produsen minyak dunia. Kita sejajar dengan raksasa energi seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat.