DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Gagasan, Minyak, dan Momentum

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

-000-

Jauh di seberang Samudra Atlantik, dari tanah gersang Texas, Amerika Serikat, lahirlah sebuah kisah yang patut kita renungkan: Permian Basin.

Pada awal abad ke-20, wilayah itu nyaris mati. Ladang tandus membentang, pekerjaan langka, dan generasi muda pergi meninggalkan tanah kelahiran.

Baca Juga: Catatan Hamri Manoppo: Denny JA dan Peluang Nobel Sastra, Dari Puisi Esai Menuju Pengakuan Global

Wilayah ini segera mendapat label: “tidak ekonomis.” Sama seperti banyak lahan minyak di Indonesia yang kini juga diberi label serupa.

Semuanya berubah ketika teknologi baru ditemukan: hydraulic fracturing. Dalam kurang dari dua dekade, kota itu bangkit menjadi salah satu ladang minyak terbesar di dunia.

Sekolah dibangun, rumah sakit diperluas, bisnis tumbuh. Dan yang terpenting—anak-anak muda pulang, membawa kembali denyut kehidupan.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Berapa Banyak Lagi Kematian yang Kau Tunggu?

Energi tidak hanya menghidupkan mesin, tetapi juga menyalakan kembali mimpi-mimpi yang pernah layu.

Kisah itu relevan bagi kita, karena Indonesia pun pernah memiliki masa emas yang kini hanya menjadi kenangan. Dan sejarah membuktikan: masa emas bisa bangkit kembali.

-000-

Baca Juga: Denny JA Menyediakan Dana Abadi untuk Puisi Esai

Pada 1970-an, Indonesia masuk 10 besar produsen minyak dunia. Kita sejajar dengan raksasa energi seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat.

Halaman:

Berita Terkait