Netanyahu Membela Rencana "Mengambil Alih" Gaza Saat Israel Dikritik Keras di Dewan Keamanan PBB
- Penulis : M. Ulil Albab
- Senin, 11 Agustus 2025 02:22 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Para duta besar PBB mengecam rencana Israel untuk "mengambil alih" Kota Gaza, sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa itu adalah "cara terbaik" untuk mengakhiri perang.
Dalam konferensi pers, yang menurut Netanyahu dimaksudkan untuk "membongkar kebohongan", pemimpin Israel tersebut mengatakan bahwa serangan yang direncanakan akan bergerak "cukup cepat" dan akan "membebaskan Gaza dari Hamas".
Netanyahu juga mengklaim bahwa para sandera Israel yang ditahan di Gaza adalah "satu-satunya yang sengaja dibuat kelaparan" dan membantah Israel membuat warga Gaza kelaparan.
Baca Juga: China Minta Israel Segera Hentikan Niat untuk Mengambil Alih Kota Gaza
Sementara itu, Israel mendapat kecaman keras dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan Inggris, Prancis, dan negara-negara lain memperingatkan bahwa rencana tersebut berisiko "melanggar hukum humaniter internasional".
Bersama Denmark, Yunani, dan Slovenia, mereka menyerukan agar rencana tersebut dibatalkan, menambahkan bahwa rencana tersebut "tidak akan menjamin kembalinya para sandera dan berisiko semakin membahayakan nyawa mereka".
Anggota dewan lainnya menyatakan kekhawatiran serupa. Tiongkok menyebut "hukuman kolektif" terhadap warga Gaza tidak dapat diterima, sementara Rusia memperingatkan "intensifikasi permusuhan yang gegabah".
Baca Juga: Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sukamta Kecam Keras Rencana Israel Kuasai Kota Gaza
Asisten Sekretaris Jenderal PBB Miroslav Jenca mengatakan dalam pertemuan tersebut: "Jika rencana ini dilaksanakan, kemungkinan akan memicu bencana lain di Gaza, yang akan berdampak ke seluruh wilayah dan menyebabkan pengungsian paksa, pembunuhan, dan kehancuran lebih lanjut."
Ramesh Rajasingham dari kantor kemanusiaan PBB mengatakan krisis kelaparan di Gaza tidak lagi sekadar ancaman, menambahkan bahwa "ini hanyalah kelaparan, murni dan sederhana".
Namun Amerika Serikat membela Israel, dengan Duta Besar Dorothy Shea mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa AS telah bekerja "tanpa lelah" untuk membebaskan para sandera dan mengakhiri perang, dan pertemuan tersebut justru merusak upaya tersebut.
Baca Juga: Anggota DPR RI Amelia Anggraini: Rencana Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia Bisa Jadi "Bumerang"
Ia menambahkan, perang "bisa berakhir hari ini jika Hamas membebaskan para sandera", dan menuduh anggota lain memanfaatkan pertemuan tersebut untuk "menuduh Israel melakukan genosida", sebuah tuduhan yang ia tegaskan "terbukti salah".