Supriyanto Martosuwito: Merah Putih Bukan Bendera Rezim
- Penulis : M. Ulil Albab
- Kamis, 07 Agustus 2025 11:00 WIB

MERAH PUTIH sudah dikenal sejak berabad abad di bumi Nusantara. Di antaranya sebagai panji kerajaan Majapahit, seperti yang tercatat dalam “Kidung Sunda” dan sumber-sumber kolonial Belanda. Ini menunjukkan bahwa warna itu sudah jadi lambang kebesaran dan identitas politik jauh sebelum Indonesia sebagai negara ada.
Sudah sejak dini di sekolah kita diajari, makna filosofis Merah Putih yang berarti berani dan suci - mewakili jiwa para pejuang dan pengorbanan untuk kemerdekaan. Tak perlu diulangi lagi.
PROTES kepada pemerintah, mengritik rezim atau pejabat bukan berarti harus melecehkan simbol negara. Ketika anak muda menyamakan Merah Putih dengan kegagalan atau korupsi negara, itu menunjukkan kekeliruan dalam berpikir historis dan identitas.
Baca Juga: Polisi Turunkan Atribut Ormas Berupa Bendera dan Spanduk di Wilayah Cilincing, Jakarta Utara
Kita boleh marah pada pemerintah - pada rezim yang sedang berkuasa. Boleh protes dan demo besar besaran. Tapi kita tidak berhak melecehkan lambang perjuangan jutaan rakyat yang telah mengorbankan darah dan air mata demi Merah Putih.
Jangan menjadi generasi yang mudah kehilangan akar. Amnesia. Hilang nalar. Bangkitlah sebagai generasi yang cerdas - mampu membedakan simbol sakral bangsa dengan wajah-wajah sementara yang kebetulan sedang memegang kekuasaan.
Merah Putih milik kita semua. Bukan milik penguasa. Bukan milik rezim atau partai. Dia adalah jejak darah leluhur dan cahaya harapan bangsa.
Baca Juga: Rapper Kneecap Didakwa Tindak Pidana Terorisme Atas Dugaan Terkait Bendera Hizbullah
Jika kalian marah kepada pemerintah, gantilah pemerintah, kerahkan massa, demo besar besaran. Datang ke Senayan. Makzulkan. Bukan mengganti kibaran Merah Putih!
*Supriyanto Martosuwito adalah jurnalis senior. ***