Pesan moral buku ini sangat jelas: berpikir kritis tak cukup jika tidak disertai empati. Menjadi manusia bukan tentang merasa paling benar, tapi berani mengakui bahwa kita pun bisa salah, bisa bodoh, bisa keliru.

Kecerdasan sejati, bagi Rusdi, lahir dari keberanian untuk mendengarkan, dari kemauan untuk menertawakan diri sendiri, dan dari hasrat untuk tetap waras dalam kebisingan dunia.

Judulnya yang provokatif—Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya—bukan ejekan, melainkan undangan untuk jujur pada diri sendiri.

Baca Juga: Buku "Soul Quest": Menyelami Samudra Jiwa Bersama Anand Krishna

Buku ini adalah pengingat, bahwa kritik yang baik bukan sekadar menyalahkan, tapi juga menyadarkan. Dan Rusdi melakukan itu dengan cara yang nyaris tak bisa ditiru: elegan, pahit, namun membebaskan.

Untuk generasi muda, aktivis, jurnalis, atau siapa pun yang ingin berpikir lebih dalam tentang negeri ini, buku ini adalah bacaan wajib.

Karena dalam dunia yang penuh kesombongan intelektual, kerendahan hati untuk merasa bodoh adalah awal dari kebijaksanaan.***

Baca Juga: Buku Neospirituality and Neuroscience: Puncak Evolusi kemanusiaan