Wamenlu Arif Havas Oegroseno Tegaskan Politik Luar Negeri Bebas Aktif Tidak Sama dengan Netral
- Penulis : M. Ulil Albab
- Minggu, 20 Juli 2025 04:40 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno menegaskan, politik luar negeri (polugri) Indonesia yang bebas dan aktif tidak sama dengan netral.
“Netral itu adalah suatu kondisi hukum sesuai hukum internasional dalam hubungan antar negara yang terkait dengan peperangan,” kata Arif Havas Oegroseno dalam acara Kantor Komunikasi Kepresidenan “Double Check: Buah Muhibah Presiden Prabowo dari Dunia Internasional” di Jakarta, Sabtu, 19 Juli 2025.
Arif Havas Oegroseno mengatakan, netralitas merupakan suatu hal yang harus dideklarasikan secara spesifik seperti yang dilakukan Swiss pada masa Perang Dunia ke-2.
Baca Juga: Arif Havas Oegroseno: Menlu Sugiono Dipastikan Hadiri KTT BRICS di Rusia
“Pada saat Perang Dunia ke-2, dia (Swiss) mengatakan dirinya netral, jadi dia tidak berpihak pada suatu peperangan yang ada,” kata Havas.
Menurut Havas, terjemahan dari bebas dan aktif adalah independen dan aktif, di mana independen artinya secara mandiri memiliki kemampuan untuk menentukan kebijakan negara tanpa tekanan dari negara lain.
Sedangkan aktif adalah secara aktif berkontribusi terhadap perkembangan di dunia, menciptakan perdamaian, juga secara aktif melakukan kegiatan politik luar negeri yang berkaitan dengan kepentingan di dalam negeri, tutur Havas.
Baca Juga: Wamenlu Arif Havas Oegroseno Siap Pastikan Indonesia Tetap Berperan Positif di Kancah Global
Ia memberi contoh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang tidak bisa memiliki kemandirian dalam kebijakan luar negeri dan pertahanan mereka karena harus bergantung pada kelompoknya, bergantung pada anggotanya masing-masing.
“Ini yang membedakan antara kita dengan banyak negara lain yang memiliki pakta militer,” tambah Havas.
Selain itu, Havas berpendapat bahwa situasi sekarang menciptakan suatu kondisi di mana negara-negara harus mendayung di antara banyak karang, seperti negara superpowers, kemudian individu seperti teroris, judi daring, serta perubahan iklim yang menjadi ancaman bagi negara-negara, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Kemlu RI Pastikan Sudah 70 Lebih WNI dari Iran Dievakuasi Pulang ke Indonesia
Dalam konteks tersebut, Havas melanjutkan, aktivitas kunjungan luar negeri yang dilakukan oleh Presiden RI Prabowo Subianto merupakan kegiatan untuk menguatkan kemitraan, dengan Asia Tenggara sebagai pusatnya, dalam menangani ancaman-ancaman tersebut.