DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Ketika Mesin Mengebor Lebih Dalam, Melampaui Nurani

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Minyak, Bisnis, dan Politik (14)

ORBITINDONESIA.COM - Laut Barents, musim dingin 2025. Kabut es membentang di cakrawala. Tak ada suara manusia, tak ada jerit motor bor, bahkan tak ada percikan rantai jangkar. 

Di tengah laut beku yang tak berpenghuni, sebuah rig raksasa milik Equinor berdiri angkuh—sunyi namun hidup. 

Baca Juga: Hilangnya Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024 dan Kisah 4 Presiden Menurut Analisis Denny JA

Ia bergerak, menggali, menghitung, dan mengatur dirinya sendiri. Tak satu manusia pun berada di atas dek. 

Semua dikendalikan ribuan kilometer jauhnya—oleh algoritma yang menganalisis, mengeksekusi, dan memutuskan.

Di Oslo, seorang teknisi muda menatap layar dengan lima belas panel data. Ia mengangguk kecil. “Produksi stabil.” 

Baca Juga: Inilah Skenario Terbaik yang Bisa Diharapkan Indonesia dari Presiden Prabowo Subianto Menurut Analisis Denny JA

Di layar lain, AI menunjukkan reservoir baru yang belum terjamah. Laporan berjalan otomatis, tidak ada rapat, tidak ada tangan yang kotor. Energi mengalir, tapi suara manusia menghilang.

Apakah ini kemajuan? Atau justru sunyi yang mematikan?

-000-

Baca Juga: Analisis Denny JA: Setelah Amerika Serikat Menjatuhkan Bom ke Iran

Tahun 1859, Edwin Drake menggali ladang minyak pertama di Titusville, Pennsylvania. 

Halaman:

Berita Terkait