Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UPN Jatim Dukung Satgas Anti Preman Eri Cahyadi: Mahasiswa Jadi Lebih Nyaman
ORBITINDONESIA.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bergerak cepat dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Anti Preman guna menjaga keamanan dan ketertiban kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Langkah ini mendapat dukungan dari kalangan mahasiswa, salah satunya dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPN Veteran Jatim).
Pembentukan Satgas Anti Preman merupakan respons atas kasus pembongkaran rumah dan pengusiran paksa terhadap seorang nenek berusia 80 tahun, Elina Widjajanti, yang diduga dilakukan oleh oknum organisasi kemasyarakatan. Kasus tersebut sempat viral dan menyita perhatian publik nasional.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan, Satgas Anti Preman akan melibatkan unsur TNI, Polri, serta perwakilan seluruh suku yang ada di Kota Surabaya, guna memastikan keamanan warga sekaligus memperkuat persatuan sosial.
“Di Surabaya kita bentuk Satgas Anti Preman. Di dalamnya ada TNI, Polri, dan seluruh suku yang ada di Kota Surabaya,” ujar Eri Cahyadi, Sabtu, 27 Desember 2025.
Sebagai kota metropolitan dan kosmopolitan, Surabaya memiliki peran strategis sebagai pusat bisnis, industri, perdagangan, dan pendidikan di Jawa Timur, serta menjadi bagian dari kawasan metropolitan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). Kondisi tersebut menuntut stabilitas keamanan yang kuat agar aktivitas sosial dan ekonomi berjalan optimal.
Ketua Umum IMM UPN Veteran Jatim, Ahmad Dzaki Akmal Yuda, mengapresiasi langkah cepat Wali Kota Surabaya. Menurutnya, pembentukan Satgas Anti Preman sangat relevan dengan posisi Surabaya sebagai kota pendidikan yang dihuni mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri.
“Mahasiswa dari seluruh Jawa Timur, dari berbagai daerah di Indonesia, hingga mahasiswa internasional, tentu membutuhkan lingkungan kota yang aman, tertib, dan nyaman,” ujar Akmal.
Ia menilai, keberhasilan berbagai program Pemkot Surabaya—termasuk program beasiswa pendidikan dengan anggaran ratusan miliar rupiah bagi puluhan ribu mahasiswa—akan sulit optimal tanpa dukungan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang kondusif.
Akmal juga menyoroti bahwa kepedulian Pemkot Surabaya terhadap mahasiswa sering menjadi perhatian dan harapan mahasiswa dari luar Surabaya. Karena itu, ia mendorong adanya program tambahan yang dapat dirasakan lebih luas, seperti dapur umum di sekitar kawasan kampus, yang sekaligus bisa menjadi sarana pembelajaran kewirausahaan bagi mahasiswa.
“Mahasiswa banyak yang membutuhkan pengalaman bisnis, tetapi terbatas sarana dan akses. Program semacam ini bisa melibatkan mahasiswa secara bergiliran dengan dukungan pemerintah, BUMN, BUMD, swasta, maupun CSR,” jelasnya.
Lebih jauh, Akmal menegaskan bahwa Surabaya memiliki nilai historis dan sosial yang sangat penting bagi Indonesia. Kota ini tidak hanya dikenal sebagai Kota Pahlawan, tetapi juga sebagai tempat lahir tokoh besar bangsa seperti H.O.S. Tjokroaminoto, serta organisasi keagamaan besar Nahdlatul Ulama (NU). Dengan modal sejarah dan peran strategis tersebut, Surabaya dinilai layak menjadi contoh kota metropolitan yang aman, inklusif, dan berorientasi pada kemanfaatan publik.
Ia juga mengusulkan pembangunan mess mahasiswa berbiaya terjangkau dengan standar keamanan yang baik, yang dapat dikelola secara profesional dengan melibatkan mahasiswa secara bergiliran.
“Dengan keamanan yang terjaga, Surabaya bukan hanya nyaman bagi warganya, tetapi juga semakin ramah bagi mahasiswa dari mana pun,” pungkas Akmal. ***