DECEMBER 9, 2022
Kolom

Gunawan Trihantoro: Lebih Banyak Pustakawan, Lebih Kuat Bangsa

image
Ilustrasi - Pustakawan (Foto: Gunawan Trihantoro)

Oleh Gunawan Trihantoro*

ORBITINDONESIA.COM - Kebijakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, yang mendorong penambahan program studi perpustakaan patut diapresiasi sebagai langkah transformasi pendidikan yang visioner.

Langkah ini bukan hanya menjawab kebutuhan praktis akibat kekurangan pustakawan di Indonesia, tetapi juga menegaskan pentingnya literasi sebagai fondasi bangsa yang cerdas.

Baca Juga: Dinas Kearsipan: Buku Likuefaksi Palu Bisa Menjadi Daya Tarik Siswa Datang dan Membaca di Perpustakaan

Data menunjukkan ada lebih dari 164 ribu unit perpustakaan di seluruh negeri, namun jumlah pustakawan profesional masih jauh dari memadai.

Inilah yang menjadi kegelisahan dan sekaligus titik tolak Prof. Mu’ti untuk mendorong perguruan tinggi membuka lebih banyak prodi perpustakaan.

Pustakawan sering disebut sebagai “pekerja sunyi”, tapi di balik kesunyian itu, mereka adalah penjaga peradaban.
Dengan kebijakan baru ini, keheningan itu diisi dengan pengakuan dan harapan, bahwa pustakawan bukan hanya petugas administrasi buku, melainkan penggerak budaya literasi.

Baca Juga: Kalimantan Selatan Kerahkan Mobil Perpustakaan Keliling Guna Tingkatkan Literasi Pelajar di Tabalong

Penambahan prodi perpustakaan adalah jawaban konkret. Ini bukan sekadar menambah jumlah lulusan, tetapi juga memperkuat kualitas kompetensi, mulai dari manajemen koleksi, teknologi informasi, hingga kemampuan mendesain layanan literasi yang inklusif.

Lebih jauh lagi, kebijakan ini membuka ruang transformasi pendidikan. Pustakawan tak hanya bertugas menjaga rak buku, tetapi menjadi fasilitator pengetahuan dan inovasi di sekolah, desa, dan ruang-ruang publik.

Di tingkat sekolah, Prof. Mu’ti juga mendorong pelatihan guru untuk memiliki kompetensi dasar kepustakawanan. Langkah ini strategis, karena memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah ada, sambil menunggu hadirnya pustakawan profesional dalam jumlah yang ideal.

Baca Juga: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan: Hobi Membaca Warga Jakarta Tinggi

Perhatian ini selaras dengan visi pendidikan berbasis literasi, yang tak lagi membatasi perpustakaan hanya sebagai gudang buku pelajaran. Perpustakaan harus menjadi ruang kreatif, tempat siswa menemukan bacaan inspiratif di luar teks wajib.

Langkah ini juga berdampak pada pembentukan budaya baca sejak dini. Anak-anak yang terbiasa mengunjungi perpustakaan akan tumbuh dengan rasa ingin tahu, kritis, dan cinta pengetahuan.

Selain itu, penetapan tanggal 7 Juli sebagai Hari Pustakawan Indonesia memberi pengakuan simbolis yang kuat.
Ini bukan hanya seremoni, tetapi penghargaan atas dedikasi profesi yang berperan besar dalam sunyi demi masa depan bangsa.

Baca Juga: Duta Puisi Esai Nasional dari Jawa Tengah Habibaturrohmah Kunjungi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Blora

Menariknya, kebijakan ini lahir dari pengalaman pribadi Prof. Mu’ti, yang sejak kuliah sudah akrab dengan dunia pustakawan.

Kedekatan ini menjadikan kebijakan tersebut tak hanya teknokratis, tetapi juga lahir dari kepedulian tulus dan pemahaman lapangan yang nyata.

Penambahan prodi perpustakaan bukan hanya soal jumlah. Ia menjadi pintu masuk lahirnya riset, inovasi, dan penguatan ekosistem literasi nasional yang lebih adaptif dengan era digital.

Baca Juga: Puluhan Mitra Dispus Makassar Siap Beri Diskon Bagi Anggota Perpustakaan Kota Makassar

Makin banyak pustakawan profesional, makin besar pula peluang transformasi perpustakaan menjadi pusat kreativitas dan diskusi. Perpustakaan tak lagi diam, melainkan hidup sebagai ruang pertemuan gagasan lintas generasi.

Di masa depan, kebijakan ini akan meningkatkan indeks literasi nasional, memperluas akses informasi, dan mendorong masyarakat berpikir kritis. Hasil akhirnya adalah bangsa yang lebih tangguh, terbuka, dan inovatif.

Dukungan penuh terhadap kebijakan Prof. Dr. Abdul Mu’ti adalah dukungan terhadap perubahan besar. Ini adalah upaya konkret memuliakan profesi pustakawan dan memajukan pendidikan bangsa.

Baca Juga: Dinas Perpustakaan Pariaman Selenggarakan Bimtek Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal

Karena sejatinya, dengan lebih banyak pustakawan, kita sedang membangun pilar yang lebih kuat untuk masa depan Indonesia. Dan itulah warisan paling berharga, "bangsa yang mencintai pengetahuan dan tumbuh bersama literasi". 

*Gunawan Trihantoro, Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah dan Ketua Satupena Kabupaten Blora.***

Halaman:

Berita Terkait