Pengusaha Muda Wahyudi Dorong Pemerintah Selamatkan Petani Lampung dari Tekanan Tepung Tapioka dan Singkong Impor
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 08 Juli 2025 10:06 WIB

ORBITINDONESIA.COM – Pengusaha muda sukses, Wahyudi mendorong pemerintah untuk menyelematkan petani Lampung dari tekanan produk tapioka dan singkong impor yang menganggu tata niaga di daerah.
“Petani singkong di Lampung harus diselamatkan. Jangan biarkan petani singkong mati di ladang singkong,” kata Wahyudi dalam keterangan tertulis kepada media di Jakarta, Selasa 8 Juli 2025.
Menurut Wahyudi, petani singkong adalah salah satu penggerak penting dalam pembangunan di Lampung. Hampir sebagian besar petani di Lampung umumnya menanam singkong sebagai produk pertanian mereka.
Bila tata niaga singkong terganggu, katanya, petani Lampung bisa merugi yang berdampak pada berhentinya roda perekonomian daerah.
Wahyudi sudah banyak mendengar jeritan petani seiring jatuhnya harga singkong setelah mendapat tekanan tapioka dan singkong impor.
Berdasarkan catatan, harga singkong di Lampung pernah menyentuh titik terendah, yakni Rp400 per kilogram tahun 2016. Pada 2019, harga singkong juga anjlok di harga Rp900 per kilogram.
Tahun ini, ketika biaya tanam dan pupuk semakin tinggi, harga singkong di tingkat petani berkisar Rp1.000-Rp1.100 dengan rafaksi 30-40 persen.
Dikutip Antara, Presiden Prabowo Subianto meminta ke jajarannya untuk melindungi petani singkong dari banjir impor tepung tapioka dan singkong, yang menyebabkan terganggunya tataniaga singkong (ubi kayu) di daerah.
“Kami sudah laporkan kepada Presiden. Beliau menyampaikan lindungi petani dalam bentuk apa pun,” ujar Menteri Pertanian Andi Amran ketika ditemui setelah menghadiri Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi IV di Jakarta, Senin 7 Juli 2025.
Baca Juga: Pilkada Lampung 2024: Arjuno Konsolidasi dengan PDI Perjuangan di Lampung Timur dan Kota Metro
Pernyataan tersebut berkait banjir impor tepung tapioka dan singkong, yang menyebabkan produk singkong atau ubi kayu dan tepung tapioka dalam negeri tidak terserap dengan maksimal.
Untuk mengatasi hal tersebut, Andi Amran telah menggelar rapat dengan Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan kementerian/lembaga terkait lainnya.
“Setelah kami rapat bersama Menko Pangan, kemudian Menko Perekonomian, itu ada dua kemungkinan. Lartas (larangan dan pembatasan impor) atau tarif,” kata Andi.
Baca Juga: Kejaksaan Tinggi Geledah Rumah Bupati dan Dinas PUPR Lampung Timur, Ada Dugaan Korupsi
Pemerintah cenderung memberlakukan tarif atas impor singkong dan tapioka. Akan tetapi, hal tersebut belum betul-betul menjadi keputusan final.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat selesai. Ini kami sudah rapat berkali-kali. Kami bisa merasakan apa yang dirasakan saudara petani ubi di seluruh Indonesia, khususnya Lampung,“ katanya.
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal mengatakan bahwa pelaksanaan aturan impor terbatas untuk tepung tapioka dengan segera dapat memperbaiki tata niaga ubi kayu di daerah.
Baca Juga: Pengusaha Muda Wahyudi: Pembentukan Lampung Tenggara akan Percepat Pemerataan Pembangunan di Lampung
Ia mengatakan serapan tapioka dan ubi kayu tanah air tidak maksimal, karena kalah bersaing dengan tepung tapioka impor.***