DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Big Oil, Ketika Perusahaan Lebih Kuat Dibanding Negara

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Akar rumput memang tak setinggi menara minyak. Tapi jika mereka tumbuh serentak, beton pun bisa retak.

-000-

Apa yang bisa Indonesia Pelajari?

Baca Juga: LSI Denny JA: Ada Lima Rapor Biru dan Dua Rapor Merah Selama Tujuh Bulan Prabowo–Gibran Memimpin

Indonesia adalah negara kaya sumber daya, namun terlalu lama hidup dalam ilusi bahwa negara selalu lebih berdaulat dari perusahaan.

Pertanyaannya kini: jika ExxonMobil bisa menembus istana, Shell bisa menekan negara lewat arbitrase, dan BP bisa menulis ulang narasi iklim, maka seberapa kuat lembaga-lembaga kita menahan dominasi itu?

Apakah kita menyiapkan generasi pembuat kebijakan yang paham hukum energi global? Apakah kita hanya akan jadi pasar—atau menjadi arsitek masa depan energi kita sendiri?

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: 100 Tahun Gedung Bunga Rampai

Negara didefinisikan oleh rakyat dan wilayah. Perusahaan didefinisikan oleh aset dan laba. 

Tapi dalam dunia modern, siapa yang benar-benar punya kuasa? Siapa yang menentukan arah teknologi, perang, dan cuaca?

Mungkin masa depan tidak hanya menuntut demokrasi politik. Tapi juga demokrasi energi.

Baca Juga: Catatan Hamri Manoppo: Denny JA dan Peluang Nobel Sastra, Dari Puisi Esai Menuju Pengakuan Global

Karena ketika sumur minyak lebih kuat dari parlemen, dan CEO lebih didengar daripada presiden, maka pertanyaannya bukan hanya soal minyak. 

Halaman:

Berita Terkait