DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Big Oil, Ketika Perusahaan Lebih Kuat Dibanding Negara

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Mereka tahu bumi akan terbakar, tapi yang penting adalah menjaga agar saham tetap hijau.

BP mengganti logo menjadi bunga. Shell membuat iklan anak-anak menggambar masa depan cerah. Tapi 95% portofolio mereka tetap berada di minyak dan gas.

Greenwashing menjadi strategi komunikasi yang paling mahal sekaligus paling nihil makna. Daun hijau bukan simbol hidup, tapi tirai untuk menyembunyikan bau asap.

Baca Juga: LSI Denny JA: Ada Lima Rapor Biru dan Dua Rapor Merah Selama Tujuh Bulan Prabowo–Gibran Memimpin

-000-

Chevron menggugat Ekuador setelah pengadilan negara itu memerintahkan ganti rugi atas pencemaran Amazon. 

Bukannya membayar, Chevron membawa kasus ke arbitrase internasional—dan menang. Shell dituntut oleh pengungsi Ogoni, tapi selalu berlindung di balik jaringan hukum lintas yurisdiksi.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: 100 Tahun Gedung Bunga Rampai

Ketika warga biasa tunduk pada hukum nasional, perusahaan besar tunduk pada para akuntan dan pengacara internasional.

Jika kekuasaan berada pada tangan perusahaan, lalu bagaimana rakyat bisa melawan?

Di belahan dunia lain, anak-anak muda menggugat negaranya karena tak melindungi masa depan iklim. Fridays for Future mengguncang jalanan Eropa. 

Baca Juga: Catatan Hamri Manoppo: Denny JA dan Peluang Nobel Sastra, Dari Puisi Esai Menuju Pengakuan Global

Komunitas adat di Kanada dan Amazon mendirikan benteng-benteng damai. Film dokumenter seperti There Will Be Blood atau Dark Waters membongkar wajah kelam di balik logo yang bersinar.

Halaman:

Berita Terkait