Muhammad Isra Ramli: Pertanian Tumbuh 10,52 Persen, Tertinggi Dalam 53 Tahun Terakhir
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 03 Juli 2025 01:00 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Deputi Bidang Materi Komunikasi dan Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Muhammad Isra Ramli mengatakan, pertumbuhan sektor pertanian 10,52 persen di triwulan I tahun 2025 adalah pencapaian tertinggi dalam 53 tahun terakhir.
Dalam diskusi Berani Bicara bertajuk “Arah Kebijakan Pembangunan Presiden Prabowo”, di Rumah Besar Gatotkaca, Jakarta, Rabu, 2 Juli 2025, Isra Ramli menegaskan tidak pernah petani dihargai sedemikian rupa.
"Di masa Pak Prabowo, mereka bergembira. Mereka bisa berproduksi, harga hasil produksinya juga dijamin oleh negara,” kata Isra Ramli pula.
Baca Juga: Wamen Pertanian Sudaryono: Pemerintah Instruksikan Industri Wajib Serap Susu dari Peternak Lokal
Menurut Isra, Presiden Prabowo memang selalu mengidentikkan perjuangan dengan mengangkat martabat.
“Salah satu yang martabatnya diabaikan selama berpuluh-puluh tahun, ya petani. Mereka jadi korban dari hulu hingga hilir dari kegiatan produktif mereka. Hari ini petani bergembira,” katanya pula.
Isra menjelaskan, arah jangka panjang dari kebijakan Presiden Prabowo adalah Indonesia Emas 2045. Tetapi untuk menuju ke sana, ada banyak tahap yang dilakukan.
Baca Juga: Presiden Prabowo Ingin Indonesia Belajar Teknologi Pertanian Yordania
Misalnya, katanya pula, target jangka pendek hingga 2029-2030, yaitu pertumbuhan ekonomi 8 persen dan kemiskinan ekstrem 0 persen.
“Jadi di tahun pertama ini kita memulihkan dulu kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan pangan. Jadi swasembada pangan yang menjadi fokus. Alhamdulillah swasembada pangan kita belum satu tahun sudah tercapai,” katanya.
Setelah sektor pertanian tumbuh, ujar Isra, pemerintah fokus pada kedaulatan energi.
Baca Juga: Wamentan Sudaryono: Presiden Prabowo Ingin 10 Komoditas Pertanian Indonesia Jadi Nomor Satu Dunia
“Bagaimana kebutuhan akan BBM yang hari ini hampir 1,6 juta barel per hari, 1 jutanya impor, itu kita kurangi,” katanya lagi.
Caranya, kata dia, bisa dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau pengembangan industri baterai. Bisa juga dengan menggali sumur-sumur minyak yang sejatinya masih produktif.
“Jadi, kita akan mengurangi ketergantungan pada impor energi,” katanya pula.***