DECEMBER 9, 2022
Internasional

Qatar Ajukan Usulan Baru Gencatan Senjata 60 Hari di Gaza dan Tukar Sandera

image
Tenda sementara bagi pengungsi berdiri di antara puing bangunan di Kota Gaza, Palestina, 8 Juni 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa.

ORBITINDONESIA.COM - Qatar mengajukan proposal baru kepada Israel yang mencakup gencatan senjata selama 60 hari di Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan, demikian laporan media Israel pada Selasa, 1 Juli 2025.

Kanal penyiaran publik KAN, mengutip dua sumber diplomatik yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa proposal Qatar tersebut mencakup pembebasan delapan sandera Israel pada hari pertama gencatan senjata. Dua sandera hidup lainnya akan dibebaskan pada hari ke-50 masa gencatan.

Selain itu, rencana Qatar tersebut juga mencakup pemulangan jenazah 18 sandera Israel yang akan dilakukan dalam tiga tahap, meskipun tidak disebutkan jadwal spesifik untuk penyerahan jenazah tersebut.

Baca Juga: 170 Penyair Dunia Termasuk Indonesia Akan Membaca Puisi "Nyanyian Cinta Dunia untuk Gaza"

Pihak berwenang Qatar belum memberikan komentar terkait laporan ini.

Kerangka usulan tersebut mirip dengan rencana sebelumnya yang diajukan oleh Utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff.

KAN, mengutip sumber yang mengetahui jalannya negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas, menyebutkan bahwa perbedaan utama masih tetap ada, khususnya terkait syarat mengakhiri perang dan sejauh mana Israel akan menarik diri dari Gaza.

Baca Juga: Serangan Udara Brutal Israel Tewaskan 92 Warga Palestina di Jalur Gaza

Pada Selasa, Presiden AS Donald Trump menyatakan optimisme terkait tercapainya kesepakatan Gaza dalam beberapa hari ke depan.

“Kami berharap (gencatan senjata) akan segera terjadi, kemungkinan pekan depan,” ujarnya.

Pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan mengunjungi Washington pekan depan untuk bertemu Trump.

Baca Juga: Mengerikan, Jumlah Korban Tewas Akibat Genosida Israel di Gaza Mencapai 56.600 Jiwa

Para pengkritik di Israel, termasuk pihak oposisi dan keluarga para sandera, menuduh Netanyahu memperpanjang perang demi memuaskan faksi garis keras dalam koalisinya serta mempertahankan kekuasaannya.

Halaman:

Berita Terkait