Karto Bugel: BLT yang Untuk Mengimbangi Kenaikan Harga BBM Bukan Produk Asli Cikeas
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 22 September 2022 09:20 WIB
Pada tahun 2004 harga minyak dunia naik. Pemerintah pun memutuskan memotong subsidi minyak. Sama dengan alasan hari ini, hal ini dilakukan dengan alasan BBM bersubsidi lebih ternyata banyak digunakan oleh orang-orang dari kalangan industri dan berstatus mampu.
Lalu, setelah pendataan lebih lanjut, didapatlah fakta bahwa dari tahun 1998 sampai dengan 2005 penggunaan bahan bakar bersubsidi telah salah digunakan sebanyak 75 persen.
Karena harga minyak dunia terus naik, lalu dibuatlah pemotongan subsidi dan terus terjadi hingga tahun 2008 dengan kenaikan sebesar 50 persen dari harga awal. Akibatnya, harga bahan-bahan pokok pun ikut naik.
Baca Juga: Deretan Kiprah Anne Ratna Mustika, Bupati Purwakarta yang Gugat Cerai Dedi Mulyadi
Dan maka, demi menanggulangi efek kenaikan harga bagi kelompok masyarakat miskin dan terdampak langsung, pemerintah memperkenalkan program BLT kepada masyarakat. Dan untuk pertama kalinya dilakukan pada tahun 2005.
Menurut catatan yang ada, ternyata, program ini pertama kali justru dicetuskan oleh Jusuf Kalla tepat setelah dirinya dan Susilo Bambang Yudhoyono memenangkan pemilihan umum presiden dan wakil presiden Indonesia pada tahun 2004.
Akhirnya, berdasarkan instruksi presiden nomor 12, digalakanlah program Bantuan Langsung Tunai tidak bersyarat pada Oktober tahun 2005 hingga Desember 2006 dengan target 19,2 juta keluarga miskin.
Lalu, karena harga minyak dunia sekali lagi kembali naik, BLT pun kembali diselenggarakan pada tahun 2008. Dia dihidupkan dengan instrumen Inpres nomor 3 tahun 2008, dia hidup kembali.
Baca Juga: Ini Makna Filosofis di Balik Iket Sunda yang Dipakai Dedi Mulyadi Setiap Hari
"Jadi bukan ide pak SBY gitu?"