Palestina dan Tanggung Jawab Sejarah: Hijrah Menuju Persatuan
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Sabtu, 28 Juni 2025 00:18 WIB

Tahun Baru Hijriah: momen hijrah ke persatuan
Kini, saat kita merayakan Tahun Baru Hijriah, hendaknya momentum ini tidak berlalu hanya sebagai seremonial kalender, tetapi menjadi panggilan rohani untuk berhijrah secara pemikiran dan peradaban.
Hijrah bukan hanya berpindah tempat, tapi berpindah sikap dan visi, dari berpikir sempit dalam kerangka nasionalisme buatan kolonial, menuju pandangan sebagai satu umat yang terikat oleh akidah dan perjuangan yang sama.
Baca Juga: Penderitaan Warga Gaza Sentuh Level yang Belum Pernah Dicapai
Momentum Tahun Baru Hijriah ini adalah saat paling tepat untuk bertekad mengakhiri perpecahan, dan menguatkan kesadaran bahwa tanpa persatuan, umat hanya menjadi penonton dalam panggung penderitaan saudaranya sendiri.
Sikap dan rekomendasi untuk Indonesia
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia tidak cukup hanya menjadi suara moral atau pemberi bantuan kemanusiaan. Langkah-langkah diplomatik standar, seperti mengecam di PBB atau menyerukan gencatan senjata, telah berulang kali terbukti mandul. Palestina tetap dijajah. Al-Aqsa tetap dinistakan.
Baca Juga: Aktivis Afrika Utara Serukan Segera Diakhirinya Blokade Israel Terhadap Gaza
Sudah saatnya Indonesia mengambil langkah yang lebih berani dan radikal, yaitu menginisiasi konsolidasi ideologis dan politik di antara negara-negara Islam menuju persatuan strategis dunia Islam.
Rekomendasi nyata yang harus mulai diwujudkan adalah mengundang negara-negara Muslim untuk mengadakan KTT darurat internasional dengan satu fokus: menyusun langkah kolektif untuk mengakhiri penjajahan Israel, bukan lagi sekadar “mengelola konflik”.
Kemudian mendorong terbentuknya struktur koordinasi permanen antarnegara Islam, sebagai cikal bakal integrasi politik dan militer umat Islam dalam menghadapi agresi global, dimulai dari Palestina.
Baca Juga: Majelis Umum PBB Sahkan Resolusi Desak Gencatan Senjata Segera dan Tanpa Syarat di Gaza
Selanjutnya memulai langkah diplomasi terbuka untuk membangun blok kekuatan dunia Islam, bukan sebagai aliansi jangka pendek, tetapi sebagai pondasi menuju satu kepemimpinan umat Islam global yang bersatu dan berdaulat.