DECEMBER 9, 2022
Puisi

Cerpen Rusmin Sopian: Ketika Markudut Menunggu Ajal Menjemput

image
Ilustrasi malaikat maut (Foto: MEDIUM)

ORBITINDONESIA.COM - Malam makin menjauh. Rembulan mulai menuruni langit. Keheningan melanda semesta. Tidak terdengar suara lolongan panjang anjing liar yang terkadang membuat bulu kuduk merinding. Menakutkan jiwa.

Markudut terdiam. Mata lelaki setengah baya itu menatap dalam kegelapan yang amat pekat. Seseorang berjubah hitam mendatanginya. Mendekatinya. Tiba-tiba berkata.

"Apakah engkau tahu siapa aku?" suara seseorang berjubah hitam itu berucap.

Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Pil Terakhir 

"Tahu. Engkau Malaikat pencabut nyawa," jawab Markudut dengan suara mantap. Ada kepercayaan diri dari nada suara jawabannya.

"Apakah engkau sudah siap?,"

"Insya Allah, sangat siap. Aku rindu bertemu dengan Sang Maha Pencipta. Sangat rindu sekali."

Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Matinya Tukang Kritik 

"Apa bekalmu sehingga engkau rindu sekali bertemu dengan Sang Maha Pencipta Yang Maha Suci dan Agung?"

"Imanku hanya kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Silahkan tanyakan kepada seluruh tubuh dan ragaku."

"Hanya itu?"

Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Sujud Terakhir Sang Jagoan

"Salatku hanya kepada Sang Maha Pencipta. Sujudku hanya kepada Yang Maha Pencipta. Hanya Kepada Sang Maha Pencipta, aku bertakwa. Setiap malam aku bertahajud. Memohon ampunanNya, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang."

"Lantas, apalagi yang engkau kerjakan selama hidupmu?"

"Aku selalu berpuasa pada bulan Ramadan. Dan membayar zakat."

Baca Juga: Puisi Rusmin Sopian: Paradoks Kehidupan

"Cuma itu?"

"Aku selalu berusaha untuk berbuat baik kepada sesama. Saling tolong menolong. Membantu sesama umat manusia. Mengasihi kaum miskin. Menyantuni anak yatim piatu dengan ikhlas. Dan aku tidak pernah mengobral kebaikanku kepada publik sebagai pencitraan diri. Aku memegang prinsip, bahwa tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu. Dan aku tidak pernah korupsi saat aku memiliki jabatan tinggi."

"Cuma itu bekalmu untuk menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan Sang Pencipta Bumi dan langit ini?"

Baca Juga: Puisi Rusmin Sopian: Lelaki itu, Dulu, Sekarang dan Yang Akan Datang

"Aku tidak pernah menceritakan kejelekan sesama manusia. Aku tidak pernah mengumbar aib sesama. Tanyakan kepada mulutku."

Lelaki itu terbangun dari tidur malamnya. Jam dinding yang ada di kamarnya menunjukan angka 4.30.  "Sudah subuh," desisnya dalam hati. 

Dalam hitungan detik, terdengar suara azan dari masjid dekat rumahnya. Merdu sekali.

Baca Juga: Puisi Rusmin Sopian: Menunggu Sampai Waktunya Tiba, Kita Harus Tetap Berlakon

Bergegas, lelaki itu meninggalkan rumahnya menuju masjid dengan diiringi suara azan yang amat indah. Mensakralkan bumi. Mereligiuskan alam semesta. 

Lelaki itu bersujud dan bersujud. Dan itulah sujud terakhirnya. Ya, sujud terakhirnya sebagai manusia.

Suara innalillahi wa innaillaihi rojiun bergema dari para jemaah masjid. Lelaki itu telah tiada. Lelaki itu telah wafat . Ajal telah menjemputnya. Dan dia telah menghadap Sang Maha Pencipta, Allah SWT.

Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Ulah Tuan dan Nyonya

Toboali, Sabtu 21 Juni 2025

* Rusmin Sopian adalah penulis dan pegiat literasi di Toboali Bangka Selatan. Cerpennya termuat di berbagai media massa lokal dan luar Bangka Belitung. Saat ini tinggal di Toboali bersama istri dan dua putrinya yang cantik serta kakek satu orang cucu yang bernama Nayyara Aghnia Yuna.***

Halaman:
Sumber: Rusmin Sopian

Berita Terkait