BREAKING NEWS, Presiden Donald Trump Klaim Militer AS Telah Mengebom Tiga Situs Nuklir Iran
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 22 Juni 2025 08:00 WIB

“Menghancurkan (Fordow) dari udara hanya bisa dilakukan oleh AS,” ujar CEO Foundation for Defense of Democracies Mark Dubowitz seperti dikutip Fox News Digital.
Fordow adalah salah satu situs nuklir milik Iran yang ada di dekat Kota Qom, sekitar 100 km dari ibu kota Teheran.
Direktur Kebijakan Luar Negeri Jewish Institute for National Security of America (JINSA) Jonathan Ruhe menjelaskan bahwa bom penghancur bunker memanfaatkan gaya gravitasi untuk menembus campuran tanah, batu, dan beton sebelum meledak di bawah tanah.
Baca Juga: Dubes Iran Mohammad Boroujerdi: Serangan Zionis Israel Ancaman Serius Bagi Keamanan Internasional
Ledakan itu bisa menghancurkan target secara langsung atau “meruntuhkan struktur” di sekitarnya tanpa harus menghancurkan fasilitas itu sepenuhnya, kata Ruhe.
Sebelumnya, harian Israel Haaretz mengutip seorang pejabat militer senior Israel yang menyatakan bahwa Fordow, yang ada di dalam terowongan di bawah pegunungan, telah ditetapkan sebagai salah satu target serangan.
“Jika kami menerima perintah untuk menyerang, kami akan bertindak,” kata pejabat tersebut.
Baca Juga: Dubes Mohammad Boroujerdi: Iran Siap Bantu Proses Evakuasi Warga Negara Indonesia
Menurut Haaretz, pesawat-pesawat B2 itu berangkat dari Pangkalan Udara Whiteman di Missouri dan bergerak ke arah barat bersama empat pesawat pengisi bahan bakar menuju pangkalan strategis AS di Guam.
Masih belum jelas tujuan perjalanan ke Diego Garcia, salah satu pangkalan utama AS yang berlokasi sekitar 3.500 kilometer dari Iran.
Fordow dikenal sebagai salah satu situs nuklir Iran paling aman karena berada sekitar 80-90 meter di bawah tanah.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ujung Perang Israel Lawan Iran, Perang Tak Henti atau Solusi Dua Negara?
Mengingat kedalaman dan kerumitan struktur fasilitas itu, pakar-pakar militer telah lama memperdebatkan apakah situs itu benar-benar bisa dihancurkan sepenuhnya, bahkan oleh bom konvensional terbesar milik AS.