Pameran di Beijing, China Soroti Kebudayaan dan Kehidupan Nyonya di Asia Tenggara
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Minggu, 01 Juni 2025 09:40 WIB

ORBITINDONESIA.COM -- Pameran bertajuk "Exploring the World of Baba Nyonya" sedang digelar di Capital Museum di Beijing, ibu kota China, menampilkan lebih dari 130 benda dengan elemen budaya Tionghoa-Asia Tenggara kepada para pengunjung dan penggemar kebudayaan perantauan Tionghoa.
Upacara pembukaan pameran itu digelar pada Kamis, 29 Mei 2025. Berbagai rempah dan bahan untuk bumbu seperti daun pandan, asam jawa, dan kayu manis yang sering digunakan dalam masakan Nyonya atau masakan khas lainnya di Asia Tenggara memikat para pengunjung dengan aroma yang harum.
Baba dan Nyonya, masing-masing adalah sebutan untuk laki-laki dan perempuan, biasanya merujuk pada perkawinan antara Tionghoa perantauan dengan pribumi Malaysia, dan populasinya terus berkembang.
Baca Juga: KBRI Beijing Gelar Buka Puasa Bersama Rutin Tiga Kali Sepekan, Dihadiri WNI dan Negara Lain
Komunitas Nyonya memiliki kebudayaan dan adat yang unik karena memadukan unsur Tionghoa dan Asia Tenggara. Pada pemeran itu, tok panjang Malaysia ("tok" adalah kata dari bahasa Hokkien yang berarti meja), kebaya dan sarung dengan motif berelemen Tionghoa, serta jubin dengan bentuk khas menjadi bukti perpaduan kebudayaan Tionghoa dengan kebudayaan pribumi di Malaysia.
Yin Xinlin dari pihak penyelenggara pameran menunjuk sepasang kasut manet, sejenis alas kaki untuk perempuan menikah khas peranakan Tionghoa, dan menjelaskan cara pembuatannya.
"Kasut manet menjadi bagian penting dalam persembahan pengantin perempuan Nyonya. Perempuan Nyonya kebanyakan belajar membuat kasut manet sejak kecil dan mempersiapkannya untuk suami dan mertuanya saat menikah," jelas Yin.
Baca Juga: Beijing Jadi Tuan Rumah Pesta Olahraga Robot Humanoid Pertama di Dunia
Menurut Chen Si, desainer untuk pameran ini, secara keseluruhan pameran ini dirancang seperti sebuah rumah Nyonya yang mencakup kamar tidur, ruang makan, dan lainnya, agar para pengunjung dapat melihat seperti apa kehidupan peranakan Tionghoa.
Salah satu sorotan lainnya adalah patung Guan Yu atau Guan Gong, yang diletakkan di atas tempat dupa. Yin menyampaikan bahwa kepercayaan Nyonya juga membuktikan pelestarian kebudayaan leluhurnya di China, termasuk bersembahyang kepada Guan Yu, seorang tokoh sejarah yang didewakan masyarakat Tionghoa karena kesetiaan dan keberaniannya, serta bersembahyang kepada leluhur dan Dewa Dapur.
"Seiring berjalannya waktu, kepercayaan peranakan Tionghoa juga dipengaruhi kepercayaan lokal di Asia Tenggara, dengan dewa-dewa dari agama lain juga dipuja dan dihormati," kata Yin.
Baca Juga: Beijing Terbitkan 20.000 Pelat Nomor NEV untuk Rumah Tangga Tanpa Mobil
Pameran ini menggunakan teknologi digital dan multimedia untuk menyajikan situasi kehidupan Tionghoa secara lebih nyata kepada para pengunjung. ***