DECEMBER 9, 2022
Puisi

Cerpen Rusmin Sopian: Ulah Tuan dan Nyonya

image
Ilustrasi - Cerutu (Foto: Istimewa)

Satu-satunya Pepohonan ringkih dan tua yang masih ada di hutan kecil dekat lapangan Kampung,  tak melambaikan tangannya. Dedaunannya rontok dimakan api keberingasan manusia serakah. Manusia haus kekuasaan. 

Sesekali sepoi angin yang masih bertiup menyapa anak-anak itu. Sesekali saja, ketika senja mulai menghampiri pemukiman warga Kampung yang jalanan nya dihiasi lubang besar yang menganga.

Anak-anak pewaris masa depan itu masih berlari dan berlari dengan kaki yang masih telanjang dan tetap telanjang.

Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Karma

Sesekali mereka menatap langit yang biru. Seolah ingin mengadu dan mengadu.

”Apakah kami punya masa depan?” gumam mereka dengan suara lesu.

Langit tak menjawab.

Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Aku Manusia Enam Setengah Tahun 

Kadang-kadang mereka bertanya kepada rembulan yang mulai hadir menatap mereka berlari.

”Apakah masa depan kami akan seterang cahayamu, wahai rembulan,” desis mereka.

Rembulan tak menjawab. Sinarnya meredup. 

Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Hidayah dari Anak-anak Dermaga 

Terkadang mereka menunggu bintang-bintang di langit untuk mencari jawaban. Dan bintang di langit pun tak menjawab. Cahayanya murung.

Halaman:

Berita Terkait