DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Merekam Sejarah dan Makna Melalui Lukisan

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Kolaborasi dengan AI dalam proses kreatif ini bukan sekadar eksperimen teknis. Setiap lukisan lahir dari dialog intens antara intuisi manusia dan kecerdasan mesin. 

Ini akan terjadi di depan. Kemungkinannya hanya masalah waktu saja. Misalnya, dalam lukisan  “Asap São Paulo", algoritma Generative Adversarial Network (GAN) menganalisis 12.000 foto satelit kebakaran Amazon. 

Ia lalu mengidentifikasi pola asap yang tak terlihat mata telanjang, seperti aliran karbon yang membentuk wajah manusia menangis. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ijazah Jokowi Asli dan Lima Kesalahan Metodologis Tuduhan Palsu

Ini pun akan terjadi. AI juga "belajar" dari 3.000 karya seni lingkungan klasik untuk merumuskan komposisi yang menyatukan keindahan dan kepedihan. 

Hasilnya bukan replika, melainkan bahasa visual baru: data menjadi metafora, piksel berubah menjadi tangisan. Inilah kekuatan kolaborasi manusia-AI.

Kita tak lagi hanya merekam sejarah, tetapi juga mengungkap dimensi tak kasatmata. Jejak kerakusan yang terpendam dalam setiap kepulan asap, atau detak jantung spesies yang menghilang dalam kebisuan statistik dapa divisualkan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Kampanye Negatif untuk Terpilih Menjadi Pemimpin

Saya percaya: melukis dengan AI bukan hanya tentang estetika. Ia juga  alat kesaksian.

Ia menyambungkan batin manusia dengan algoritma cerdas. Dan dari perpaduan itu lahirlah sesuatu yang lebih besar dari keduanya: kesadaran baru.

Buku ini, dan setiap lukisan di dalamnya, adalah doa visual untuk banyak peristiwa di zaman yang berubah cepat.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Universitas Harvard Memilih untuk Melawan Presiden Donald Trump

Datangnya AI yang bisa menjadi asisten berkarya, bukan akhir dari seni.

Halaman:

Berita Terkait