Teknologi Militer dan Cognitive Warfare Dalam Konflik India-Pakistan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 16 Mei 2025 09:00 WIB

Dengan kesungguhan yang tinggi PAC mampu melakukan retrofit pada pesawat tempur Mirage III/Mirage 5 melalui program Retrofit of Strike Element (ROSE).
Berdasarkan dari pengalaman ini, PAC melakukan pembangunan bersama (co-development) pesawat tempur JF-17 Thunder dengan bantuan China (Saw 2024).
Sejak 1962, China merupakan teman dekat Pakistan dan merupakan sumber tetap peralatan militer Pakistan. China memberikan asistensi dalam pembangunan pabrik-pabrik munisi dan modernisasi fasilitas-fasilitas yang telah ada (Chandrashekhar 2016), walau pada konflik udara terjadi China keterlibatannya dalam mendukung Pakistan (Sinha 2025).
Pada tahun fiskal 2025, Pakistan telah menaikkan anggaran pertahanannya ke angka 2,8% dari PDB (Rnewsauthor 2025).
Dalam konteks konflik udara antara India dan Pakistan, diberitakan bahwa keunggulan Angkatan Udara Pakistan terhadap Angkatan Udara India adalah kemampuan deteksi dini jarak jauh yang dijalankan oleh pesawat Airborne Early Warning & Control (AEW&C) Erieye dari Swedia, yang juga mengarahkan pesawat tempur J-10 untuk mengarahkan peluru kendali PL-15 Beyond Visual Range (BVR) dan peluru kendali HQ-9 ke formasi pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara India (Tong 2025; Osborne 2025).
Interkoneksi antara sensor dan penembak (shooter) di bawah kendali pusat komando dan kendali tersebut yang disimpulkan sebagai kunci kemenangan konflik udara tersebut.
Dalam konteks ini, Angkatan Udara Pakistan dianggap telah berhasil memberdayakan dan menerapkan Network-Centric Warfare (NCW) untuk menunjukkan keunggulan udaranya.
Cognitive Warfare
Spekulasi berita mengenai ditembak jatuhnya lima pesawat tempur India oleh pesawat tempur Pakistan melalui peluru kendali PL-15 telah merebak luas di berbagai media daring dan media sosial terutama berita ditembak jatuhnya pesawat tempur utama India yang berharga sangat mahal yakni Rafale, yang diperkuat dengan foto dan video yang memperlihatkan kepingan reruntuhannya.
Hingga saat ini berita tersebut masih dibahas oleh beragam pengamat dari dalam dan luar negeri. Berita spekulatif tersebut diperkuat oleh militer Pakistan melalui pernyataan resmi yang disiarkan melalui saluran televisi resmi dan berita daring resmi.