Presiden AS Donald Trump Jalankan Agenda Timur Tengah di Tengah Ketegangan dengan Israel
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Senin, 12 Mei 2025 06:12 WIB

Ketegangan semakin terlihat jelas ketika Trump menghentikan operasi militer AS terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman, menyusul janji kelompok itu untuk menghentikan serangan terhadap kapal-kapal AS di Laut Merah.
Keputusan tersebut mengejutkan Israel, terutama karena hanya berselang beberapa hari setelah Houthi menembakkan rudal ke dekat Bandara Ben Gurion, bandara utama Israel.
Netanyahu berharap bisa mendapatkan komitmen dukungan udara dari AS jika Israel melancarkan serangan ke Iran. Namun sebaliknya, Trump justru mengumumkan rencana untuk membuka pembicaraan langsung dengan Iran.
Baca Juga: Di Tengah Ancaman Trump, Raja Charles Akan Buka Sidang Parlemen Kanada
Menurut para pejabat AS, Netanyahu menilai langkah tersebut sia-sia dan bisa mengorbankan keuntungan strategis langka, karena sistem pertahanan udara Iran -- yang dilaporkan rusak berat akibat serangan Israel pada Oktober lalu -- kini sedang dibangun kembali.
AS dan Iran baru saja menyelesaikan putaran keempat pembicaraan diplomatik di ibu kota Oman, Muscat, pada Minggu lalu.
Terkait Gaza, Trump secara pribadi mengkritik rencana Israel untuk memperluas serangannya di wilayah tersebut, dengan menyebutnya sebagai “upaya sia-sia karena akan menyulitkan proses rekonstruksi.”
Baca Juga: Presiden AS Donald Trump Kejar "Pelucutan Total" Program Nuklir Iran
Sejak Oktober 2023, lebih dari 52.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas akibat serangan brutal Israel di Gaza.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Meski frustrasi, para analis menilai Netanyahu kecil kemungkinan akan mengkritik Trump secara terbuka.
Baca Juga: Sinyal Kuat dari Pemilu Australia dan Kanada: Trumpisme Kian Dijauhi?
“Basis pendukungnya mencintai Trump, jadi untuk melawan Trump secara terbuka adalah sesuatu yang tak bisa ia lakukan,” ujar Ilan Goldenberg, mantan pejabat Pentagon.