DECEMBER 9, 2022
Kolom

Refleksi HARDIKNAS 2025: Menjaga Integritas Pendidikan Nasional

image
Ilustrasi. Konsep luhur warisan Ki Hajar Dewantara, Tut Wuri Handayani. (antaranews.com)

Ironisnya, realitas di lapangan seringkali bertolak belakang dengan cita-cita luhur ini. Usaha pendidikan di berbagai tingkatan cenderung lebih terfokus pada transfer ilmu pengetahuan dan pengembangan keterampilan kognitif, sementara pembinaan sikap hidup dan karakter belum mendapatkan penekanan yang proporsional dan sistematis.

Pada hakikatnya, usaha pendidikan adalah spektrum kegiatan yang luas, meliputi pemeliharaan dan pengasuhan di usia dini, pembiasaan nilai dan perilaku positif, pengajaran (transfer pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pemahaman hidup), hingga puncak tertinggi, yaitu pembinaan sikap hidup.

Pengamatan terhadap praktik pendidikan sehari-hari di banyak institusi menunjukkan dominasi paradigma pengajaran yang menekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik, seringkali mengabaikan dimensi afektif yang krusial.

Baca Juga: KBRI Astana Tingkatkan Citra Indonesia di Kazakhstan Lewat Diplomasi Pendidikan, Sosial Budaya

Manusia dilahirkan dalam keadaan tabula rasa, sangat bergantung pada lingkungan untuk tumbuh dan berkembang. Proses pemeliharaan, perawatan, dan pengasuhan adalah fondasi awal yang tak tergantikan.

Namun, ini saja belum cukup. Penanaman pembiasaan berperilaku baik, jujur, rukun, dan memiliki tenggang rasa menjadi tahapan penting berikutnya dalam membentuk karakter.

Pengalaman penulis di bangku sekolah dasar, di mana pembelajaran seringkali didominasi oleh aktivitas mencatat dan menghafal materi, menjadi ilustrasi bagaimana pengajaran dapat terjebak pada transfer pengetahuan tanpa kedalaman pemahaman dan internalisasi nilai.

Baca Juga: Duh, Ada Dugaan Korupsi Dana Hibah Pendidikan Anak Usia Dini Rp6 Miliar di Papua Selatan

Sementara itu, contoh pembelajaran di tingkat menengah kejuruan yang berorientasi pada keterampilan praktis menunjukkan pentingnya aspek keterampilan, namun seringkali mengabaikan konteks etika dan tanggung jawab profesional.

Transfer nilai dan pemahaman hidup, seperti nilai-nilai Pancasila dan norma sosial, juga merupakan bagian integral dari pendidikan. Namun, implementasinya seringkali berhenti pada tataran kognitif, di mana peserta didik sekadar mengetahui dan menghafal, tanpa penghayatan dan implementasi dalam perilaku sehari-hari.

Membangun pilar sikap hidup

Baca Juga: UNRWA Buka 130 Pusat Pendidikan Darurat di Gaza untuk Tempat Belajar 47.000 Anak

Kegiatan pendidikan yang paling esensial sekaligus paling menantang adalah membina sikap hidup. Inilah kulminasi dari seluruh usaha pendidikan. Tanpa tercapainya pembinaan sikap hidup yang baik dan tepat, keberhasilan pendidikan secara holistik patut dipertanyakan.

Halaman:

Berita Terkait