Kenaikan Harga Mobil Baru yang Tak Sepadan Daya Beli Dinilai Picu Perubahan Preferensi Konsumen
- Penulis : M. Ulil Albab
- Sabtu, 19 April 2025 08:30 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Kenaikan harga mobil baru yang tidak sepadan dengan peningkatan daya beli dinilai telah memicu perubahan preferensi konsumen, mendorong konsumen kelas menengah ke bawah mengambil pilihan rasional dengan membeli mobil bekas yang harganya lebih terjangkau.
"Kenaikan harga ini tidak lagi sepadan dengan daya beli yang stagnan, bahkan menurun karena tekanan ekonomi, PHK, dan inflasi kebutuhan pokok yang sedang marak," kata pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung Yannes Martinus Pasaribu kepada ANTARA pada Jumat, 18 April 2025.
Ia menyampaikan bahwa harga mobil baru, termasuk Low Cost Green Car (LCGC) yang semula paling terjangkau, tahun ini meningkat.
Baca Juga: Pakar Otomotif Berikan Kiat Atur Bawaan Agar Mobil Mudik Tidak Sampai Kelebihan Muatan
Sebagai gambaran, harga per unit mobil Toyota Calya tipe 1.2 E MT STD naik dari Rp167 juta menjadi Rp169,9 juta, Toyota Agya naik dari Rp170 juta menjadi 173,2 juta, Daihatsu Ayla tipe 1.0 M M/T naik dari Rp136 juta menjadi Rp138,5 juta, dan Daihatsu Sigra tipe 1.0 D MT naik dari Rp136 juta menjadi Rp139,2 juta.
Kenaikan harga mobil baru dipengaruhi oleh faktor seperti biaya produksi, pengenaan pajak, nilai tukar mata uang, dan bunga kredit.
Karena harga mobil baru meningkat, sebagian konsumen lebih memilih untuk membeli mobil bekas.
Baca Juga: Produsen Mobil Eropa Resah dengan Tarif Baru AS yang Diterapkan Presiden Trump
Perusahaan lelang PT JBA Indonesia mencatat penjualan mobil bekas di platformnya pada kuartal pertama tahun 2025 meningkat 13 persen dibandingkan dengan kurun yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan angka penjualan mobil baru menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menurun pada kuartal pertama tahun 2025.
Menurut data asosiasi industri, selama Januari-Maret 2025 penjualan grosir kendaraan dari distributor ke dealer turun 4,7 persen menjadi 205.160 unit dari 215.250 unit pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Supriyono: Pembelian Mobil Dinas Baru Forkopimda Situbondo Bertentangan dengan Inpres Prabowo
Angka penjualan ritel mobil pada tiga bulan pertama 2025 tercatat turun 8,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi 210.483 unit.
Kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat dan perang dagang yang melibatkan negara itu dikhawatirkan memperparah kondisi ekonomi dan memperburuk kondisi pasar otomotif.
Yannes berharap masalah itu tidak berlarut-larut supaya pasar bisa segera pulih dan perekonomian tumbuh kembali.
Baca Juga: Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo Tolak Pengadaan Mobil Dinas Baru
"Kita semua sangat berharap ekonomi Indonesia bisa cepat tumbuh dengan baik kembali agar dapat berbelanja lagi dengan hati senang," kata dia.***