DECEMBER 9, 2022
Nasional

Pengamat Agung Baskoro Menilai Konsep Partai Perorangan Untungkan PSI dan Jokowi

image
Logo Partai Solidaritas Indonesia (PSI) (FOTO ANTARA/Antaranews)

ORBITINDONESIA.COM - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Trias Politika, Agung Baskoro memandang bahwa konsep partai perorangan akan menguntungkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan mantan Presiden RI Joko Widodo.

"Saling melengkapi, dan saling menguntungkan,” kata Agung Baskoro dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, 11 Maret 2025.

Agus Baskoro menjelaskan bahwa dari perspektif PSI, konsep partai perseorangan akan membawa keuntungan politik bila Jokowi bergabung dalam partai tersebut.

Baca Juga: Wow, Prabowo, SBY, dan Jokowi Tiba Naik Mobil Buggy di Peluncuran Danantara di Istana

Dia menyampaikan pernyataan tersebut seiring dengan keinginan Jokowi membangun partai super tbk.

Menurut dia, basis pemilih Jokowi yang kuat dan solid dapat menjadi modal besar bagi PSI untuk menembus parlemen dalam Pemilu 2029.

"PSI memiliki basis politik yang berkembang, tetapi mereka masih butuh figur sentral. Kehadiran Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, atau Bobby Nasution, (memungkinkan, red.) PSI bisa lebih mudah mengidentifikasi diri sebagai partai yang punya sosok kuat. Ini bisa menguntungkan mereka saat Pileg dan Pilkada," jelasnya.

Baca Juga: Dahsyat, Prabowo, Jokowi dan SBY Tekan Tombol Bersama Luncurkan Danantara

Sementara itu, lanjut dia, konsep partai perorangan PSI dinilai akan menguntungkan bagi Jokowi yang saat ini dinilai butuh kendaraan politik.

“Jokowi, setelah tidak menjabat presiden, tentu membutuhkan kendaraan politik, baik atas nama pribadi maupun untuk kepentingan politik jangka panjang," ujarnya.

Selain itu, dia mengatakan bahwa konsep partai perorangan PSI sejalan dengan konsep partai super tbk yang ingin diwujudkan oleh Jokowi.

Baca Juga: Prabowo, Jokowi, dan Susilo Bambang Yudhoyono Bergembira Bernyanyi Bersama di Retret Kepala Daerah

Terlebih, kata dia, konsep partai super tbk memungkinkan partai dapat beroperasi layaknya perusahaan dengan kepemimpinan kolektif.

"Suka atau tidak, partai politik sering kali bergantung pada figur. Sebelum sekarang, Partai Demokrat sangat bergantung pada SBY, begitu juga PDIP dengan Megawati. Namun, seiring waktu, partai-partai ini bisa berdiri sendiri, begitu juga dengan PSI nantinya,” jelasnya.***

Halaman:

Berita Terkait