Christoph Heusgen Prihatin Terhadap "Meningkatnya Perpecahan AS dan Eropa"
- Penulis : Abriyanto
- Selasa, 18 Februari 2025 06:15 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Ketua Konferensi Keamanan Munich, Christoph Heusgen, menyatakan prihatin atas meningkatnya perpecahan antara Eropa dan Amerika Serikat, sembari menegaskan bahwa "landasan nilai bersama tidak lagi sekuat sebelumnya."
"Kami harus khawatir bahwa nilai-nilai bersama kami tidak lagi benar-benar sama. Saya sangat berterima kasih kepada para politisi Eropa yang telah angkat bicara dan menegaskan kembali nilai serta prinsip yang mereka bela," kata Christoph Heusgen pada Minggu, 16 Februari 2025 dalam sesi penutupan pertemuan tingkat tinggi tersebut.
Christoph Heusgen menekankan pentingnya para pemimpin Eropa untuk tetap teguh dalam mempertahankan prinsip-prinsip bersama seperti demokrasi, kebebasan, dan supremasi hukum.
Baca Juga: Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius Tolak Usul Trump untuk Menaikkan Anggaran Pertahanan NATO
Pernyataan Heusgen ini mencuat setelah pidato Wakil Presiden AS JD Vance pada Jumat lalu, yang menurutnya menandai pergeseran dalam hubungan trans-Atlantik.
Sebagai tanggapan, Heusgen memuji para pemimpin Eropa, khususnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, karena tetap berpegang teguh pada nilai-nilai demokrasi inti.
"Pesan dari Munich jelas: Eropa bukan sekadar pelengkap, tetapi suatu yang wajib, suatu keharusan," tegas Heusgen, mendesak benua itu untuk mengambil peran lebih aktif dalam keamanan global.
Baca Juga: Presiden Donald Trump Sebut Isu Keanggotaan Ukraina di NATO Tidak Praktis
Ia juga menggemakan pernyataan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, yang menyerukan agar negara-negara Eropa membawa "gagasan konkret dan komitmen anggaran" ke meja perundingan, alih-alih hanya mengeluhkan posisi mereka yang tersingkir.
Selain itu, Heusgen memperingatkan bahaya politik kompromi dalam menghadapi ancaman keamanan, dengan menarik perbandingan sejarah ke tahun 1938. "Putin mencium kelemahan. Ia hanya akan bereaksi terhadap kekuatan," ujarnya.
Konferensi Keamanan Munich yang berlangsung selama tiga hari berakhir pada Minggu, setelah serangkaian diskusi tingkat tinggi mengenai isu-isu keamanan global, terutama keamanan Eropa, perang yang masih berlangsung antara Moskow dan Kiev, serta dinamika hubungan trans-Atlantik.
Baca Juga: Sekjen NATO Mark Rutte Tegaskan Perlu Perkuat Ukraina Sebelum Pembicaraan Damai
Debat intens mengenai perang di Ukraina, potensi pembicaraan damai dengan Rusia, serta pernyataan kontroversial Wakil Presiden AS JD Vance tentang Eropa menjadi sorotan utama dalam konferensi yang dimulai pada Jumat lalu.
Konferensi tahunan ke-61 ini dihadiri oleh lebih dari 50 kepala negara dan pemerintahan, serta 150 menteri dari seluruh dunia.***