Presiden Ukraina Zelenskyy Blokir Perjanjian Logam Tanah Jarang dengan AS
- Penulis : M. Ulil Albab
- Minggu, 16 Februari 2025 11:09 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Sabtu, 15 Februari 2025, mengumumkan telah menghentikan pemerintahnya untuk menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat (AS) terkait logam tanah jarang, dengan alasan perlindungan kepentingan nasional.
Berbicara pada konferensi pers di Munich, Jerman, Zelenskyy menekankan bahwa perjanjian yang diusulkan tidak sejalan dengan kepentingan rakyat Ukraina.
Dalam wawancara dengan media AS pada Senin, 10 Februari 2025, Presiden AS Donald Trump tidak mengesampingkan bahwa dia ingin "mengembalikan" semua dana yang dikeluarkan pemerintah AS untuk Ukraina, dengan menuntut kompensasi berupa logam tanah jarang Ukraina senilai senilai 500 miliar dolar (sekitar Rp8.130 triliun).
Baca Juga: Sekjen NATO Mark Rutte Tegaskan Perlu Perkuat Ukraina Sebelum Pembicaraan Damai
"Sebagai presiden, saya memiliki tanggung jawab untuk memastikan kualitas dokumen ini. Itulah sebabnya saya tidak mengizinkan menteri untuk menandatangani perjanjian karena, menurut pendapat saya, itu belum siap," katanya.
Zelenskyy menekankan, perjanjian tersebut harus menjamin investasi di Ukraina dan memiliki kerangka hukum yang jelas terkait distribusi keuntungan serta hubungan antara eksploitasi logam langka dan jaminan keamanan bagi Ukraina.
"Kesepakatan itu saat ini tidak menguntungkan bagi kami. Tidak untuk kepentingan Ukraina yang berdaulat. Saya hanya seorang presiden; saya seorang manajer, dan setelah masa jabatan saya berakhir, akan ada manajer lain, dan sumber daya negara ini bukan milik saya, melainkan milik rakyat kami," tegasnya.
Baca Juga: Bagi Upaya Perdamaian Donald Trump, Ukraina dan Palestina adalah Penghalang
Zelenskyy menegaskan kembali komitmennya untuk memastikan bahwa sumber daya alam Ukraina tetap tersedia untuk generasi mendatang.
Dia juga mengundang perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa untuk berpartisipasi dalam operasi pertambangan, dengan menjanjikan hak eksklusif bagi mereka yang telah memberikan dukungan signifikan kepada Ukraina.
"Namun, itu bukan sesuatu yang saya ambil atau berikan begitu saja. Ini adalah hal yang sangat serius," tambahnya, seraya menegaskan bahwa dia tidak ingin sekadar menandatangani "kertas," melainkan "sebuah dokumen resmi".***