Budiman Hakim: Kalau Kau Ingin Memenjarakan Istrimu, Beri Dia Kebebasan
- Penulis : M. Ulil Albab
- Rabu, 29 Januari 2025 13:52 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Istri saya sering banget keluar negeri untuk urusan kantornya. Dalam setahun, dia bisa pergi 3 sampai 5 kali ke berbagai negara berbeda. Seringnya, sih, ke Amerika. Sekali bepergian biasanya memakan waktu sekitar 3 minggu sampe sebulan lebih.
Temen-temen sering nanya, "Kok, lo ngasih izin, sih? Emang lo nggak takut kenapa-kenapa?"
"Kenapa-kenapa gimana maksud lo?"
Baca Juga: Duta GenRe 2024: Pernikahan Dini Masih Menjadi Masalah di Kepulauan Bangka Belitung
"Lo taulah maksud gue. Lo nggak kuatir gitu?"
"Nggak ada yang perlu dikuatirkan. I trust her."
Banyak orang yang masih salah kaprah soal pernikahan. Buat saya pernikahan itu proses melengkapi, bukan menguasai. Sebelum mengenal kita, istri sudah mempunyai kehidupannya sendiri. Dia punya keluarga, sahabat, karier, hobi, komunitas dan berbagai elemen lain yang membuat hidupnya penuh warna. Satu-satunya yang dia belum punya adalah suami. Itu yang membuat dia merasa hidupnya kurang lengkap.
Baca Juga: Kapolres: KDRT Penyiraman Air Keras oleh Suami ke Istri di Sukabumi Terencana
Ketika dia memutuskan untuk menikah, harapannya tentu ingin melengkapi kekurangan itu. Dia ingin hidupnya komplit. Jadi fungsi suami adalah melengkapi, bukan menguasai. Gara-gara kehadiran kita, maka lengkaplah hidupnya; punya keluarga, punya teman, pekerjaan, komunitas, karir, dan suami.
Kalo setelah menikah, suami melarang istrinya bekerja, melarang istrinya bergaul dengan teman-temannya, melarang bergabung dengan komunitasnya apalagi sampai menjauh dari keluarganya.... Waduh! Itu namanya menguasai. Serakah, tuh! Menikah bukan tentang mengambil alih hidup seseorang, melainkan bergabung dengan hidup dan kehidupannya.
Melarang istri menjalin hubungan dengan lingkungan sebelumnya, itu sama saja menghapus bagian lain dari hidupnya. Akibatnya hidupnya tetap tidak lengkap. Apa gunanya menemukan pasangan jika harus kehilangan teman-teman yang menyayangi kita? Apa gunanya memiliki suami jika membuat dunia malah semakin kecil?
Pernikahan yang sehat berbasis pada kolaborasi. Dua individu yang berbeda, beda kehidupan, mimpi, dan hubungan sosial masing-masing, bergabung untuk saling mendukung. Suami dan istri bukanlah dua entitas yang harus melebur menjadi satu sehingga kehilangan identitas masing-masing. Sebaliknya, mereka tetap individu yang utuh, tapi berjalan bersama ke arah yang sama.