Puisi Esai Denny JA: Awal Mawar yang Berduri
- Selasa, 28 Januari 2025 08:05 WIB

Sneevliet diusir dari Indonesia,
pulang ke Amsterdam.
-000-
Tapi,
Sneevliet bukan lelaki yang mudah menyerah pada badai.
Di setiap tiupan angin,
ia bisikan keadilan.
Di manapun ia berpijak,
tanah menjadi ladang perlawanan.”
Saat itu, di Eropa, Hitler menanam ketakutan,
menjadi serigala di tengah domba.
Di bawah bayang-bayang Nazi yang mencekam, Sneevliet menyulut api permusuhan.
‘Kita bukan sekadar manusia,’
Ia berbisik. ‘Kita adalah mimpi yang tak bisa dibunuh.’
Dalam gelap, matanya berkilat, menjadi bintang terang,
yang berkata: Tidak!
Tapi serigala mencium aroma darah.
Sneevliet ditangkap oleh Gestapo,
diadili oleh kebencian,
dihukum mati.
Di saat terakhir, ia berdiri tegak,
seperti api yang menantang badai.
Lagu Internationale meluncur dari bibirnya,
menjadi bendera yang tak pernah dilipat.