DECEMBER 9, 2022
Internasional

Gunung Es Terbesar di Dunia yang Hanyut Bahayakan Pulau Georgia Selatan dan Satwa Liarnya

image
Ilustrasi gunung es/ANTARA/Anadolu/PY

ORBITINDONESIA.COM - Gunung es terbesar dunia, A23a, hanyut dari Antartika menuju Georgia Selatan, sebuah pulau terpencil di Inggris yang terkenal dengan keanekaragaman satwa liarnya.

Sekarang hanya berjarak 173 mil (280 km), gunung es tersebut berisiko kandas dan terpecah, berpotensi mengganggu tempat makan penguin dan anjing laut, seperti yang terlihat pada gunung es besar sebelumnya.

"Gunung es pada dasarnya berbahaya. Saya akan sangat senang jika gunung es ini benar-benar melewati kami," kata Kapten Laut Simon Wallace, berbicara kepada BBC News dari kapal pemerintah Georgia Selatan, Pharos, sebagaimana dilaporkan Anadolu pada Kamis, 23 Januari 2025.

Baca Juga: Ilmuwan Bantah Teori Konspirasi: Kebenaran di Balik Penemuan Piramida Misterius di Antartika

Para ilmuwan, pelaut, dan nelayan di seluruh dunia sedang melacak pergerakan A23a melalui citra satelit. Terlihat dari luar angkasa, gunung es tersebut secara bertahap terpecah-pecah dan dapat terbagi menjadi segmen-segmen besar kapan saja, menurut para ahli.

"Georgia Selatan terletak di jalur gunung es, sehingga dampak pada perikanan dan satwa liar dapat diperkirakan," kata ahli ekologi kelautan Mark Belchier yang memberikan nasihat kepada pemerintah Georgia Selatan.

Belchier menambahkan, baik perikanan maupun satwa liar memiliki kapasitas besar untuk beradaptasi terhadap tantangan tersebut.

Baca Juga: Presiden Jokowi Menikmati Libur Idulfitri Bersama Cucunya di Objek Wisata Satwa Deli Serdang

Massa es yang mengapung dapat hanyut di sekitar Georgia Selatan selama bertahun-tahun, sehingga menimbulkan ancaman jangka panjang bagi ekosistem dan satwa liar pulau tersebut.

Georgia Selatan telah menghadapi ancaman serupa di masa lalu. Pada 2004, gunung es A38 kandas di dekat pulau tersebut, menghalangi tempat mencari makan serta menyebabkan kematian anak penguin dan anjing laut.

Baru-baru ini, pada 2023, gunung es A76 hampir kandas, meninggalkan bongkahan es besar yang tersebar di sekitar pulau. “Bongkahan-bongkahan itu terangkat, seperti kota es di cakrawala," kenang Belchier.

Baca Juga: Taman Safari Indonesia Menggelar Kompetisi Foto dan Video Satwa IAPVC 2024, Targetnya 8.000 Peserta

Pada 2023, tim dari British Antarctic Survey mempelajari gunung es tersebut dengan peneliti PhD Laura Taylor mengumpulkan sampel air yang berjarak hanya 400 meter dari tebingnya. "Ini bukan sekedar air seperti yang kita minum," jelas Taylor.

Halaman:

Berita Terkait