Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai
- Senin, 13 Januari 2025 16:55 WIB
Neruda menulis dalam konteks tambang-tambang besar di wilayah seperti Chile, Peru, dan Bolivia menjadi medan perang tak terlihat.
Di Chile sendiri, tambang tembaga seperti Chuquicamata, yang dimiliki oleh perusahaan asing, menggambarkan ketidakadilan yang ia kritik.
Kekayaan tambang tersebut mengalir ke luar negeri, meninggalkan lubang menganga, pencemaran air, dan tanah yang tak lagi subur bagi komunitas lokal.
Namun, puisi ini tidak hanya bicara tentang kehancuran fisik, tetapi juga penderitaan manusia. Penduduk pribumi yang telah tinggal di tanah mereka selama berabad-abad dipaksa pergi, kehilangan hak atas tanah leluhur mereka.
Masyarakat hidup dalam kemiskinan ekstrem, meskipun mereka tinggal di atas kekayaan melimpah.
Pablo Neruda tidak sekadar menulis puisi. Ia menciptakan cermin yang memantulkan dosa-dosa kemanusiaan terhadap lingkungan.
-000-
Puisi Isbedy dalam buku ini menyampaikan ekspresi dan spirit yang sama. Yaitu pembelaan kepada The Voiceless, mereka yang tak berdaya. Mereka tak hanya masyarakat lokal, tapi juga lingkungan hidup di hadapan para pemilik modal besar.
Dalam puisi esai berjudul, “Gaduh di Malam Sunyi Itu,” Isbedy Stiawan ZS menggambarkan ketegangan sosial yang timbul akibat konflik tambang batubara di Way Kanan, Lampung.
Ini melibatkan benturan antara warga, aparat, dan perusahaan tambang. Melalui narasi penuh emosi dan refleksi, puisi ini mengkritik dampak destruktif eksploitasi sumber daya alam terhadap lingkungan, kehidupan sosial, dan moralitas manusia.