Bali Seratus Tahun Nanti, Catatan Paradoks
- Penulis : M. Imron Fauzi
- Sabtu, 11 Januari 2025 12:00 WIB
Dalam paradoks ini, Bali seakan dihadapkan pada pilihan yang tak mungkin: terus berkembang demi memenuhi tuntutan pariwisata, atau berhenti dan menjaga keseimbangan alamnya yang rapuh.
Pertanyaan besar pun menghantui kita: sampai kapan Bali bisa bertahan?
Pulau ini kini tidak hanya menjadi simbol keindahan, tetapi juga sebuah peringatan. Dalam paradoks ini, Bali mengajarkan kita bahwa kemajuan tanpa harmoni adalah jalan menuju kehancuran.
Baca Juga: Walikota Jaya Negara: Denpasar Festival Jadi Hub Industri Kreatif untuk Pertumbuhan Ekonomi Lokal
Jika Bali terus kehilangan dirinya, maka ia hanya akan menjadi bayangan dari kemegahannya yang dulu— paradoks yang abadi, indah namun rapuh, megah namun runtuh. Akankah kita belajar dari kisah ini, atau membiarkannya berlalu tanpa arti?
Maka berpikir Bali seratus tahun ke depan, penting sejak sekarang, ya sejak sekarang di tahun 2025 ini, sebab pergeseran masyarakatnya dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri akan terjadi dan terus terjadi, dan itu dipastikan membawa nilai-nilai.
Ingatlah, tanah Bali, manusia Bali dan budaya (agama) Bali satu kesatuan yang utuh.
Baca Juga: Eks Pemain Bali United Asal Brasil Eber Bessa Berlabuh di Persita Tangerang
Denpasar, 11 Januari 2025
*Wayan Suyadnya adalah penulis SATUPENA, tinggal di Bali. ***