DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Jenama OE Perhatikan Regenerasi Pengrajin Batik dan Upayakan Batik Kembali Relevan Bagi Generasi Muda

image
Koleksi batik dari jenama lokal OE. (ANTARA/ Putri Hanifa)

ORBITINDONESIA.COM - Inisiatif regenerasi pengrajin batik telah dimulai oleh sejumlah pihak yang peduli terhadap kelestarian budaya Indonesia, salah satunya adalah jenama batik asal Indonesia OE.

Jenama yang dibentuk pada tahun 2013 berdasarkan pengalaman langsung bertemu pengrajin batik di Yogyakarta dan Solo saat sang pendiri masih duduk di bangku kuliah.

"Jadi membuatnya ini bener-bener dari nol. Waktu kuliah itu sempat kita ada kesempatan untuk batik trip ke Jogja dan Solo, kita ketemu langsung sama pengrajin. Terus di situ aku lumayan ada keresahan di hati, karena semua pengrajin batik udah tua banget," kata Founder dan CEO dari jenama batik OE Rizki Triana, saat konferensi pers Hari Batik Nasional 2024 yang diselenggarakan Tokopedia di Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2024.

Baca Juga: Kolaborasi Pokemon GO Hadirkan Pikachu’s Indonesia Journey dan Pikachu Berbatik

Wanita yang akrab disapa Kiki tersebut menambahkan, melalui perjalanan tersebut, terungkap kekhawatiran besar, para pengrajin batik didominasi oleh generasi tua, dan anak-anak mereka lebih memilih bekerja di pabrik karena merasa batik sudah tidak "keren" lagi.

Saat ini, para pengrajin yang bekerja sama dengan OE juga sudah ada yang masuk menjadi bagian regenerasi pengrajin, sehingga tidak hanya merangkul pengrajin senior, tapi juga para pengrajin muda.

Selain itu, pada tahun 2012, ketika UNESCO baru saja menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia, justru banyak anak muda tidak lagi tertarik meneruskan tradisi tersebut. Hal itu mendorong OE untuk mencari cara agar batik kembali relevan bagi generasi muda.

Baca Juga: Museum Batik Indonesia di TMII Jadi Pilihan Wisata Selama Libur Lebaran 2024 di Jakarta

Salah satu strategi yang diambil adalah membuat batik yang lebih terjangkau, tanpa mengorbankan kualitas dan tetap mempertahankan nilai artistik tinggi.

"Kita ingin batik tidak hanya menjadi simbol tradisi, tapi juga bagian dari gaya hidup modern. Melalui desain yang menarik dan edukasi tentang pentingnya batik, kita bisa menarik perhatian generasi muda," ujarnya.

Kini, batik telah berkembang menjadi busana yang dapat dipadukan dengan gaya kasual, seperti dipakai bersama sneakers, dan perlahan mendapat tempat di hati anak muda.

Baca Juga: Buku Torehan Canting Batik Handayani Geulis dari Bogor Diluncurkan oleh Program S2 Universitas Ibn Khaldun

Selama sebelas tahun terakhir, OE terus berinovasi dalam memasarkan batik, dengan menggandeng platform digital seperti Tokopedia untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Keberhasilan mereka juga tidak lepas dari strategi pemasaran yang kreatif dan kampanye visual yang mampu mencuri perhatian.

Tak hanya itu, OE juga mendukung gerakan sustainable fashion, dengan desain timeless, produk-produk batik OE tetap relevan meskipun sudah dibeli bertahun-tahun lalu.

Baca Juga: Perwakilan Anak Indonesia Perkenalkan Batik di ASEAN - China Center, Beijing Terkait Hari Anak Internasional

Pengelolaan stok dan limbah juga dilakukan dengan ketat untuk menghindari pemborosan, di mana sisa-sisa produksi bahkan dimanfaatkan oleh mitra perusahaan untuk dibuat menjadi barang-barang lain.

Melalui upaya regenerasi ini, batik kini tidak hanya dilihat sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai peluang bisnis dan seni yang terus berkembang.

Anak muda semakin banyak yang terlibat, baik dalam proses pembuatan maupun dalam mempopulerkan batik sebagai bagian dari identitas modern mereka.

Baca Juga: Manchester United Ucapkan Selamat Hari Batik Nasional Kepada Indonesia, Joshua Zirkzee: Budaya Asli Nusantara

Regenerasi pengrajin batik ini bukan hanya tentang melestarikan tradisi, tetapi juga membawa kebanggaan dan relevansi baru bagi generasi selanjutnya.***

Sumber: Antara

Berita Terkait