DECEMBER 9, 2022
Buku

Kami Menolak Menyerah: Buku Petrus Hariyanto tentang Perjuangan dan Ketabahan Para Pasien Cuci Darah

image
Buku Petrus Hariyanto. Kami Menolak Menyerah. Yogyakarta: Relasi Inti Media, 2024 (Foto: Satrio)

Petrus Hariyanto. Kami Menolak Menyerah. Yogyakarta: Relasi Inti Media, 2024. Tebal: xiv + 212 halaman.

ORBITINDONESIA.COM - Buku ini bisa dibilang adalah lanjutan dari buku karya Petrus Hariyanto sebelumnya, “Jiwa-Jiwa Bermesin.” Buku itu berisi kisah-kisah para penderita gangguan ginjal kronik, yang harus menjalani pengobatan cuci darah untuk bertahan hidup.

Seperti buku sebelumnya, dalam buku “Kami Menolak Menyerah” ini Petrus Hariyanto juga berkisah tentang perjuangan dan ketabahan para pasien cuci darah.

Baca Juga: Petrus Hariyanto: Mantan Aktivis PRD yang Dulu Melawan Rezim Soeharto Kini Jualan Kopi

Petrus Hariyanto bisa menghayati penderitaan, perjuangan, kesabaran mereka, karena dia sendiri adalah penderita gangguan ginjal yang harus tergantung pada mesin cuci darah.

Seperti dikomentari Dokter Pringgodigdo Nugroho, Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia, buku ini tak hanya menggambarkan beratnya beban yang ditanggung pasien dan keluarga, tetapi juga mengungkapkan kekuatan cinta dan semangat yang luar biasa.

Setiap kisah mengandung pelajaran berharga tentang ketabahan, keikhlasan dan solidaritas yang menginspirasi untuk lebih menghargai dan memahami perjuangan hidup dengan gagal ginjal kronik.

Baca Juga: Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA: Buku Inspirasi Untuk Milenial dan Generasi Z

Sastrawan Leila S. Chudori berkomentar: Membaca buku ini adalah sebuah penghargaan pada hidup yang penuh daya, seperti halnya Petrus yang selalu mengingatkan betapa tubuh dan jiwa adalah hal yang harus selalu kita jaga.

Penulis buku ini, Petrus Hariyanto pernah tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra UNDIP tahun 1990 dan juga lulusan FISIP Universitas Terbuka, Jurusan Komunikasi.

Ia mulai belajar menulis ketika menjadi pengelola Majalah Mahasiswa Fakultas Sastra “Hayam Wuruk” tahun 1990-an.

Baca Juga: SATUPENA Sumatra Barat Gelar Bedah Buku Menggugat Ibu, Pembicaranya Harneli Mahyeldi dan Nurhasni

Ketika menjadi pasien cuci darah di akhir 2013, Petrus mulai fokus menulis tentang kisah inspiratif kehidupan penyandang gagal ginjal kronik. Tulisan-tulisannya mendapat sambutan positif di media sosial.

Kumpulan kisah tersebut akhirnya dibukukan dan terbit pada 2019 dengan judul “Jiwa-Jiwa Bermesin: Memoar Para Pasien Cuci Darah.”

Sambutan pembaca yang luar biasa mendorong Petrus untuk menulis lebih jauh tentang kisah hidup para pasien cuci darah, yang akhirnya terwujud dalam buku yang kedua ini.

Baca Juga: Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA

Dibandingkan buku yang pertama, buku kedua ini isinya lebih kaya dan berwarna dalam menggambarkan bagaimana para pasien cuci darah menolak untuk menyerah.

Petrus saat ini mengasuh rubrik profil dan kisah nyata di website Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia.

Ia juga sedang berusaha merampungkan tulisan kisah dirinya selama berada di dalam penjara LP Cipinang, akibat aktivitas politiknya melawan rezim Soeharto di era represif Orde Baru.***

Berita Terkait