HM Amir Uskara: Quo Vadis Ekonomi Indonesia. What Next?
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 30 Juli 2024 08:38 WIB
Oleh: Dr. HM Amir Uskara*
Kemana arah ekonomi Indonesia? Pertanyaan menarik mencuat dari podcast Tempo Ekonomi, Sabtu (27 Juli 2024) pekan lalu, bertema 10 Tahun Pemerintahan Jokowi: Banyak Utang, Kemiskinan Tetap Tinggi.
Vindry Florentin, wartawati Tempo, dalam podcast tersebut mempertanyakan -- kenapa pengangguran terus naik, padahal rezim Jokowi mengaku investasi di Indonesia terus bertambah?
Logikanya, kata Vindry, jika investasi meningkat, niscaya lapangan kerja makin banyak. Pengangguran pun berkurang.
Faktanya, pengangguran terus membengkak. Di Asia Tenggara, Indonesia kini tercatat sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi. Menurut World Economic Outlook per April 2024, dari 279 juta penduduk Indonesia, 5,2 persen (14.508.000 orang) menganggur. Bandingkan dengan Thailand (1,1 persen), Singapura (1,9 persen), Vietnam (3,5 persen), Malaysia (3,5 persen), Vietnam (4,9 persen), dan Filipina (5,1 persen). Lalu, kemana larinya investasi tersebut?
Bhima Yudistira, eksekutif direktur CELIOS (Center of Economic and Low Studies), nara sumber di Podcast tersebut, menyatakan -- tingginya pengangguran yang berlawanan dengan naiknya investasi karena alokasinya yang tidak tepat. Banyak investasi yang alokasinya tidak strategis, tidak mendukung perkembangan ekonomi.
Dalam pembangunan jalan tol yang jadi ikon legacy rezim Jokowi, misalnya, Indonesia meniru mentah-mentah dari "pengalaman" Tiongkok. Indonesia -- tidak seperti China -- membangun jalan tol tanpa kajian ekonomi strategis yang terkait dengan utilitas jalan bebas hambatan itu. Akibatnya, keberadaan jalan tol tidak linier dengan perkembangan ekonomi.
Yang diperlukan Indonesia, kata Bhima, sebetulnya pengembangan jalan arteri yang besar dan tidak berbayar. Yang langsung berhubungan dengan kawasan-kawasan industri. Dengan demikian, utilitas jalan arteri tinggi dan mampu menggerakkan perekonomian secara signifikan.
Masih banyak contoh lain, investasi yang tidak linier dengan pengembangan ekonomi. Seperti kereta cepat Whoosh dan bandara internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. Dua pembangunan infrastruktur penting tersebut ternyata hanya membebani keuangan negara.
Pembangunan infrastruktur terutama jalan tol, bandara, dan pelabuhan laut yang terkesan jor-joran, ternyata tak linier dengan investasi yang masuk. Yang paling malang, adalah investor "pendukung" Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur -- ternyata nihil. Padahal Presiden Jokowi telah berupaya mengiklankannya ke seluruh penjuru dunia.