DECEMBER 9, 2022
Nasional

PDI Perjuangan Bikin Teatrikal Peringati Kerusuhan 27 Juli

image
Ratusan pemuda memperagakan peristiwa penyerbuan Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996 (Kudatuli) di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat, Sabtu 27 Juli 2024. (ANTARA)

ORBITINDONESIA.COM - PDI Perjuangan memperingati 28 tahun penyerangan kantor pusat PDI pada 27 Juli 1996 yang dikenal sebagai peristiwa kerusuhan 27 Juli (Kudatuli) dengan penampilan teatrikal bertajuk “Kudatuli 27 Juli, Kami Tidak Lupa”, Sabtu 27 Juli 2024.

Berdasarkan pantauan di Gedung DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Sabtu, kegiatan diawali dengan pembacaan puisi oleh sastrawan Amien Kamiel.

Dengan penuh semangat, ia membacakan empat puisi karya Widji Thukul yang berjudul Penguasa, Tujuan Kita Satu Ibu, Sikap, dan Sajak Suara.

Baca Juga: PDI Perjuangan Fokus Membangun Bali di Masa Depan agar Tidak Hilang dari Peradaban Dunia

Lalu, kegiatan dilanjutkan dengan teatrikal yang menggambarkan penyerangan kantor PDI pada 27 Juli 1996.

Ratusan pemuda berkaos dan berikat kepala berwarna merah berjalan bersama dengan diiringi drum band sambil memperagakan peristiwa penyerbuan.

Mereka juga memperagakan adegan ketika massa memaksa masuk kantor DPP dan melempari gedung dengan batu.

Baca Juga: Pilkada Jakarta: Elektabilitas Tinggi, PDI Perjuangan Pertimbangkan Ahok Menantang Anies Baswedan

Kepala Badan Sejarah PDI Perjuangan Bonnie Triyana mengatakan, teatrikal ini digelar dengan tujuan merawat ingatan atas peristiwa tersebut.

“Ini merupakan reka ulang kejadian pada 27 Juli 1996 di mana jam dan waktunya tepat, di mana pada saat itu terjadi penyerangan kantor DPP PDI saat itu. Dengan ini, kita tidak ingin membangkitkan luka. Namun, kita cuma ingin merawat ingatan yang mungkin masih traumatik bagi sebagian orang,” katanya.

Ia menyebut, peristiwa penyerangan ini memiliki pengaruh besar yang positif pada dinamika perpolitikan Indonesia.

Baca Juga: Pilkada Jawa Timur: PDI Perjuangan, PKB, dan Nasdem Berunding Tantang Konfifah, Tri Rismaharini Mencuat

“Tanpa peristiwa 27 Juli 1996, mungkin tidak akan ada reformasi 1997-1998, mungkin tidak akan ada pemilihan presiden secara langsung, tidak ada kesempatan buat seseorang bermimpi menjadi pejabat tinggi walau dari keluarga sederhana,” ujarnya.

Setelah teatrikal, kegiatan diramaikan dengan penampilan lagu dari solois Fajar Merah yang adalah putra dari Widji Thukul.

Acara tersebut turut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, Wasekjen Yoseph Aryo Adhie dan Sadarestuwati, Wakil Bendahara Yuke Yurike, Ganjar Pranowo, Yasonna Laoly, Ribka Tjiptaning, Eriko Sotarduga, dan Wiryanti Sukamdani.

Baca Juga: PDI Perjuangan Bikin Pelatihan Pemenangan Pilkada, Adian Napitupulu: Kami Ingin Menang Banyak

Adapun Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri mengikuti acara ini lewat online.

Peristiwa penyerangan dan pengambilan paksa kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, pada 27 Juli 1996 itu dikenal sebagai Kudatuli atau Sabtu Kelabu.

Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi dibantu aparat keamanan.

Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat, Jakarta Pusat.

Dari hasil penyidikan Komnas HAM, sebanyak lima orang massa pendukung Megawati tewas, 149 orang terluka, dan 23 orang hilang. ***

Berita Terkait