Syaefudin Simon: Salim Said dan Dua Raja Jawa
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Senin, 20 Mei 2024 10:50 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Bicaranya keras dan menggebu. Tapi enak, rinci dan banyak data. Itulah Prof. Dr. Salim Said, Guru Besar Universitas Pertahanan Republik Indonesia yang Sabtu, 18 Mei 2024 lalu wafat di Jakarta. Indonesia kehilangan seorang analis politik militer yang handal.
Dari sekian kali mengikuti kuliah umum dan seminar di mana Salim Said menjadi pembicara utamanya, yang paling menarik adalah analisisnya tentang pemerintahan Orde Baru, yang menurutnya seperti dipimpin Raja Jawa.
Para pengamat politik, terutama dari luar negeri, kata Salim Said, selalu keliru memprediksi arah politik Indonesia karena basis teorinya menganggap Indonesia sebagai negara demokrasi modern. Padahal sejatinya di bawah kepemimpin Soeharto, Indonesia adalah kerajaan. Tepatnya Kerajaan Jawa.
Baca Juga: Andre Vincent Wenas: PSI dan Gosip Partai Berkarya, Tommy Soeharto dan Keluarga Cendana
Ibu Tien yakin, Soeharto bukan sekadar presiden. Tapi raja. Dan "wahyu keprabon" itu turun melalui ibu Tien yang masih keturunan raja-raja Jawa.
Soeharto ketiban wahyu keprabon tersebut karena merupakan "belahan jiwa" Raden Ayu Siti Hartinah, yang silsilahnya tersambung dengan kraton Majapahit dan Mangkunegaran. Itulah sebabnya, waktu Ibu Tien meninggal, 1996, Soeharto sangat sedih. Meninggalnya ibu Tien sama dengan perginya seluruh wahyu keprabon yang berada pada Soeharto.
Benar, hanya dua tahun setelah Ibu Tien wafat, 1998 Soeharto jatuh. Hidup Soeharto tanpa wahyu keprabon benar-benar terpuruk. Tidak hanya kehormatan rajanya hilang, tapi juga menjadi objek caci maki rakyatnya.
Baca Juga: Dirjen Kominfo Usman Kansong: Salim Said Merupakan Sosok Teladan Bagi Wartawan Modern
Menurut Salim Said, waktu Soeharto jatuh, Presiden RI selama 32 tahun itu menyatakan bahwa wahyu keprabon memang sudah saatnya pergi. Perginya Ibu Tien, bagi Soeharto, adalah semacam isyarat bahwa wahyu keprabon dalam dirinya juga akan pergi.
Setelah Soeharto lengser, raja Jawa mana yang akan memimpin Indonesia? BJ Habibie, Megawati, Gus Dur, dan SBY -- menurut primbon Jawa -- adalah pemimpin yang muncul di masa tunggu kedatangan Raja Jawa yang sebenarnya.
Orang Jawa baru "ngeh" ketika ada anak orang miskin dari keluarga marginal yang tinggal di pinggir kali di Solo, tetiba muncul jadi pemimpin nasional. Itulah Joko Widodo.
Baca Juga: In Memoriam: Salim Said dan 4 Generasi Film Indonesia
Menurut kolumnis Sunardi Rinakit, dalam artikelnya di Kompas, ciri-ciri fisik Jokowi -- wajah ndeso, merakyat, ada andeng-andeng di wajahnya -- adalah petunjuk bahwa dialah "Satria Piningit" yang sedang ditunggu kedatangannya. Satrio Piningit dalam primbon Jawa adalah raja yang membawa Jawa Dwipa atau Nusantara menjadi negeri yang adil makmur.