Buku Berjudul 40 Tahun Mengabdi di Dunia Diplomasi: Serpihan Memori Diplomat Indonesia Diluncurkan
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 19 Mei 2024 07:40 WIB
Kebiasaan makan pakai tangan, yang menurut sebagian orang adalah suatu kenikmatan luar biasa, ternyata bisa menjadi masalah hukum di Norwegia.
Di negara nordik itu, kata Esti, makan pakai tangan, termasuk ketika menyuapi anak balita, adalah kebiasaan yang sulit diterima masyarakat.
Kebiasaan itu dianggap tidak higienis, khususnya untuk anak-anak, serta menyalahi etika bersantap dalam tradisi setempat.
"Banyak kasus anak pendatang yang diambil alih pengasuhannya oleh pemerintah Norwegia akibat penerapan tradisi pengasuhan yang bertentangan dengan tradisi dan aturan setempat," kata Esti.
Mission impossible
Tidak jarang diplomat dihadapkan pada krisis di negara tempat penugasan, yang mengharuskan mereka cekatan dalam mengantisipasi keadaan terburuk.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Bom itu Meledak di Satu Sahur, di Bulan Puasa, di Gaza
A.M Fachir adalah salah satunya. Ia menjalani satu hari yang menegangkan ketika bertugas sebagai duta besar untuk Mesir, negara yang dilanda gejolak revolusi pada 25 Januari 2011.
Pada masa itu, berbagai negara di Timur Tengah sedang dilanda gelombang aksi protes yang dikenal sebagai "Arab Spring".
Di tengah situasi yang memanas di Kairo, sang dubes dan tim KBRI dalam waktu singkat harus mempersiapkan kloter pertama evakuasi warga negara Indonesia -- berdasarkan arahan Presiden RI saat itu Susilo Bambang Yudhoyono.
Yang menjadi tantangan adalah bahwa tim KBRI harus berpacu dengan waktu. Mereka hanya punya waktu 18 jam untuk mengumpulkan serta memilah 400 WNI yang masuk dalam skala prioritas kloter pertama.
Baca Juga: Buka Puasa LSI Denny JA: The Best Days of Our Lives
Misi 18 jam itu juga termasuk harus mengurus izin pendaratan satu pesawat Garuda, yang sudah dalam perjalanan menuju Bandara Internasional Kairo.