Buku Berjudul 40 Tahun Mengabdi di Dunia Diplomasi: Serpihan Memori Diplomat Indonesia Diluncurkan
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 19 Mei 2024 07:40 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Pada 2007 -- 2008, pemberitaan media massa di Amerika Serikat riuh terkait dengan penyiksaan dua warga negara Indonesia yang bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di New York.
ART tersebut adalah Samirah dan Enung, yang pada 2008 masing-masing berusia 51 tahun dan 47 tahun. Kedua WNI itu mengalami kekerasan, yang oleh media sempat diberi tajuk "Perbudakan Modern di New York City".
Mereka dipekerjakan secara ilegal di rumah pasangan jutawan keturunan asal Indonesia, Varsha Sabhnani (istri) dan Mahender Sabhnani (suami). Varsha dan Mahender merupakan warga negara AS.
Singkat cerita, horor yang dialami Samirah dan Enung berakhir dengan putusan Hakim Arthur Pratt pada Mei 2008. Varsha sebagai pelaku utama penyiksaan divonis 11 tahun penjara.
Sang suami, Mahendar, diganjar dengan hukuman 3 tahun 4 bulan penjara karena didakwa membiarkan istrinya melakukan kejahatan tersebut. Selain itu, mereka didenda kurang-lebih 936 ribu dolar AS (sekitar Rp14,93 miliar), yang harus dibayarkan kepada Samirah dan Enung.
Samirah dari semasa perbudakan itu akhirnya mendapatkan ganti rugi sejumlah 621 ribu dolar AS (sekitar Rp9,9 miliar), sementara Enung mendapat 316 ribu dolar (sekitar 5,04 miliar).
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Bom itu Meledak di Satu Sahur, di Bulan Puasa, di Gaza
Kedua pekerja migran Indonesia itu lalu juga diberi green card oleh otoritas setempat sehingga bisa tinggal dan bekerja secara legal di AS.
Perjalanan nasib Samirah dan Enung melekat kuat dengan perjalanan tugas Trie Edi Mulyani, yang ketika itu menjabat Konsul Jenderal RI di New York.
Kenangan menggawangi nasib Samirah dan Enung itu dituangkan Trie dalam buku "40 Tahun Mengabdi di Dunia Diplomasi", yang diluncurkan pekan lalu di Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta.
Baca Juga: Buka Puasa LSI Denny JA: The Best Days of Our Lives
Cerita Trie, yang juga mantan Duta Besar RI untuk Kolombia, menjadi salah satu dari 42 tulisan yang dirangkum dari 29 diplomat Indonesia menyangkut pengalaman dan pandangan mereka saat menjalankan tugas di berbagai negara.