DECEMBER 9, 2022
Kolom

Destika Cahyana: Beragama dengan Lapang Dada

image
Safari Lebaran lintas agama di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 10 April 2024.

Demikian pula Imam Malik menjelaskan ilmu agama yang dipahaminya dari Al Qur’an dan Al Hadist. Ilmu Agama lahir setelah muncul agama. Agama islam hanya satu, tetapi ilmu agama bermacam-macam. Ilmu agama oleh pencetusnya sendiri yang rendah hati misalnya Imam Syafi’i mengatakan bahwa pendapatnya boleh jadi benar tetapi boleh jadi salah.

Sementara beragama merupakan praktek seseorang menyangkut agama dan ilmu agama. Contoh sederhananya adalah shalat itu agama, tetapi penjelasan shalat itu ilmu agama.

Beragama adalah praktik seseorang tentang agama berdasarkan pemahamannya. Dengan demikian seseorang yang membaca ‘bismillah’ secara keras dan menggunakan ‘qunut’ dalam salat adalah ajaran agama plus pengetahuan agama yang dipraktikkan. Sudah pasti praktik tersebut berbeda-beda.

Baca Juga: Gereja dan Masjid Dibangun Bersamaan dan Berdekatan, Wajah Moderasi Beragama di Bekasi

Orang berilmu pengetahuan tidak akan menyamakan beragama, ilmu agama, dan agama. Jika seseorang berbeda dengan agama, maka dirinya dapat dinyatakan keluar dari agama.

Namun, jika terdapat perbedaan praktik beragama sepanjang sesuai dengan penjelasan salah satu ahli, maka umat tidak perlu bertengkar dan saling mengeluarkan yang berbeda dari agama yang dianut.

Kedua, mampu memelihara emosi beragama. Menjalankan praktik beragama memerlukan pengendalian emosi yang baik. Seringkali meskipun praktek beragama yang dilakukan sekelompok orang sama, tetapi dapat saja muncul ketegangan.

Baca Juga: Jeane Marie Tulung: Perubahan Nomenklatur Isa Al Masih Menjadi Yesus Kristus Perkuat Moderasi Beragama

Sebut saja contoh sederhana, seseorang yang rajin tahajud setiap malam, shalat lima waktu, puasa, dan zakat dapat saja menganggap rendah orang lain yang hanya shalat lima waktu saja.

Sebaliknya seseorang yang biasa saja dapat menganggap orang yang bercelana cingkrang atau berjenggot sebagai teroris padahal belum tentu demikian.

Ketiga, sikap berhati-hati. Beragama secara lapang harus selalu berhati-hati karena godaan setan selalu hadir.

Baca Juga: Kementerian Agama Targetkan Bangun 1.000 Kampung Moderasi Beragama di 34 Provinsi Tahun Ini

Setan selalu menggoda manusia agar keluar dari jalan yang lapang ke sikap-sikap yang sempit. Jika demikian, selalu ingatlah pada pilihan-pilihan terbaik yang tidak terlampau berlebihan dan tidak terlampau terbatas agar tidak terjerumus pada godaan setan.

Halaman:
1
2
3
4
Sumber: Antara

Berita Terkait