DECEMBER 9, 2022
Kolom

Bagus Ahmad Rizaldi: Klub Presiden untuk Wujudkan Angan Seabad Negeri, Belajar dari Tradisi Politik di AS

image
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) saat tiba di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu, 13 Juli 2019. Kedua kontestan dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 lalu ini bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus dan selanjutnya naik MRT dan diakhiri dengan makan siang bersama. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/wsj.

Klub Presiden tersebut pada akhirnya dapat menjadi hikmah bahwa jawaban-jawaban atas tantangan masa depan sebuah bangsa, bisa jadi berada pada orang-orang terdahulu.

Demi Sila Ketiga

Dinamika hubungan para pemimpin bangsa dalam sejarah Tanah Air merupakan hal yang menarik untuk dicermati. Terutama kisah pergantian kepemimpinan antara para presiden yang terkesan diakhiri dengan menimbulkan jarak.

Baca Juga: Silfester Matutina: Relawan Prabowo-Gibran Mulai Didekati untuk Dimintai Dukungan di Pilkada 2024

Salah satunya yang cukup kentara adalah pergantian antara Presiden Soekarno dengan Presiden Soeharto pada masa silam. Terlepas dari hal-hal yang masih belum terungkap hingga saat ini, sejarah pun telah mencatat hubungan keduanya berlalu di jalan yang berbeda.

Jika disadari, momen pergantian kepemimpinan antar-para presiden yang dijuluki Bapak Proklamator dan Bapak Pembangunan itu pun terjadi masih dalam era yang bersamaan ketika AS membangun rekonsiliasi politik, antara Truman dan Hoover.

Maka, tidak ada kata terlambat bagi Indonesia untuk meniru apa yang dilakukan oleh negeri Paman Sam. Agaknya, seluruh elemen bangsa ini pun memang seyogyanya perlu berjalan bersama demi sila ketiga yang berbunyi "Persatuan Indonesia".

Baca Juga: Presiden Terpilih Prabowo Subianto Ajak Kelompok Buruh Berjuang Bersama Wujudkan Indonesia Emas 2045

Menjelang 80 tahun kemerdekaan, budaya rekonsiliasi pun telah muncul dalam konstelasi politik Indonesia. Masyarakat mungkin awalnya mengernyitkan dahi ketika melihat Presiden Joko Widodo menggandeng tangan Prabowo Subianto, setelah Pilpres 2019 yang disebut-sebut membuat rakyat terpolarisasi.

Namun setelah beragam kebersamaan yang ditunjukkan oleh kedua tokoh politik nasional itu, masyarakat pada akhirnya sudah terbiasa atau bahkan menduga munculnya fenomena "lawan jadi kawan" dalam dunia politik.

Kini Prabowo Subianto telah dipastikan bakal mendapatkan gilirannya untuk memimpin sekitar 280 juta jiwa masyarakat Indonesia, berdasarkan hasil Pemilu 2024. Kali ini, Prabowo bukan hanya meniru Joko Widodo untuk mencoba merangkul lawan politiknya, melainkan juga ingin mengumpulkan Presiden terdahulu yang masih hidup.

Baca Juga: PM Kanada Justin Trudeau Ucapkan Selamat ke Prabowo Subianto, Siap Perkuat Hubungan Indonesia - Kanada

Mantan Danjen Kopassus itu, melalui juru bicaranya, mengungkapkan ada dua hal yang ingin dituju dalam pembentukan "Presidential Club", yakni untuk berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan dan juga supaya para presiden terdahulu bisa rukun.

Halaman:
1
2
3
Sumber: Antara

Berita Terkait