DECEMBER 9, 2022
Kolom

Binoto Nadapdap: Penghargaan Memperingati Seabad Kelahiran Bapak Antropologi Indonesia, Koentjaraningrat

image
Koentjaraningrat dan karyanya.

Buku penghargaan untuk peringatan satu abad ilmuwan barangkali perlu juga dikembangkan pada masa yang akan datang. Buku ini adalah buku kedua yang dipersembahan kepada Bapak Anropologi Indonesia.

Tanpa sengaja saya searching di salah satu situs yang menerbitkan jurnal. Di sana  saya temukan sebuah artikel dengan judul “Bibliography of Professor Koentjaraningrat Author(s): HARRY A. POEZE. Artikel tersebut diterbitkan dalam Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 2001, Vol. 157, No. 2 (2001), pp. 247-270, artikel mana dapat terbit berdasarkan Kerjasama Brill dengan JSTOR to digitize, preserve and extend access to Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde.

Dari tulisan Harry A. Poeze, terlihat bahwa untuk judul karya Prof Koentjaraningrat dari 1954 sampai dengan 2000 ada sebanyak 25 halaman. Suatu karya yang tentu sangat luar biasa, di tengah saat itu sarana untuk menulis masih mempergunakan mesin tik manual. 

Baca Juga: Diskusi Satupena, Yudi Latif: Perlu Transformasi dari Charity ke Praktik Filantropi yang Lebih Akuntabel dan Profesional

Saya bertanya dalam hati, kok bisa menghasilkan karya sebanyak itu? Mungkin jawabannya ada di Wikipedia. Setelah lulus dari Europeesche School, pada 1939 ia (Prof. Koentjaraningrat) melanjutkan sekolah ke MULO, lantas ke AMS-A (1942). Saat bersekolah di AMS-A (sekarang SMA Negeri 1 Yogyakarta) ia mulai mempelajari seni tari di Tejakusuman.

Selain itu, bersama dua sahabatnya, Koesnadi (fotografer) dan Rosihan Anwar (tokoh pers), Koentjaraningrat rajin menyambangi rumah seorang dokter keturunan Tionghoa untuk membaca; di antaranya adalah disertasi-disertasi tentang antropologi milik para pakar kenamaan.

Saat masih bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah membaca disertasi. Tentu suatu hal yang luar yang sangat luar biasa pada saat itu dan juga untuk masa sekarang. Beda dengan cerita masa kini di tetangga sebelah. Ada semacam kepedihan mendalam, ketika salah seorang penguji mengemukakan kisahnya bahwa disertasi masih ada yang ditulis  dengan kadar rasa skripsi.

Baca Juga: Puluhan Buku Karya Anggota Satupena Sumatra Barat dan Penulis Luar Negeri Bakal Diluncurkan di IMLF-2, Mei 2024

Alasannya adalah karena sumber bacaan untuk penulisannya adalah buku-buku yang terbit berpuluh tahun lampau. Sebetulnya sudah ketinggalan. Begitu rupanya Sebagian kisah kasih di dunia Pendidikan di negerinya si anu. Semoga tidak berlangsung lama-lama adanya.  

Pisangan Baru Timur, 13 April 2024.

(Oleh: Binoto Nadapdap) ***

Baca Juga: Catatan Bawah Tanah, Buku Kumpulan Sajak Fadjroel Rachman yang Ditulis Dalam Penjara Rezim Orde Baru

Halaman:
1
2
3
Sumber: WhatsApp grup Satupena

Berita Terkait