DECEMBER 9, 2022
Kesehatan

Guru Besar Farmasi UI Rani Sauriasari: Penjualan dan Penggunaan Antibiotik di Indonesia Harus Terkontrol

image
Guru Besar Fakultas Farmasi (FF) Universitas Indonesia (UI) Prof. apt. Rani Sauriasari, M.Med.Sci., Ph.D., (ANTARA/Humas UI)

ORBITINDONESIA.COM - Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Rani Sauriasari mengatakan, Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menekan penjualan dan penggunaan antibiotik di Indonesia sehingga menjadi terkontrol.

"Penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol, baik dalam jumlah maupun jenisnya, dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut," kata Rani Sauriasari di Depok, Sabtu, 6 April 2024.

Dalam satu tahun terakhir, IQVIA --perusahaan yang menyediakan layanan untuk memajukan industri teknologi informasi kesehatan dan penelitian klinis-- mencatat penjualan antibiotik di Indonesia menembus lebih dari Rp10 triliun.

Baca Juga: Di Jatiasih Bekasi, Ada Toko Listrik Jual Obat Terlarang

Rani mengatakan, peningkatan penjualan antibiotik dapat dimaklumi jika sebanding dengan peningkatan wabah penyakit infeksi yang membutuhkan antibiotik.

Penjualan yang tidak wajar, kemungkinan besar disebabkan oleh ketidakpahaman dan kelalaian pasien dan juga tenaga kesehatan yang berakibat pada penggunaan antibiotik secara tidak rasional.

"Jika penggunaan antibiotik tidak tepat dan tidak terkendali, bakteri akan terus beradaptasi dan menjadi semakin kebal. Hal ini dapat membahayakan pasien, karena antibiotik yang seharusnya dapat menyembuhkan penyakit menjadi tidak efektif," katanya.

Baca Juga: Guru Besar UI Erlina Burhan Kembangkan Vaksin M72 untuk Pengobatan Tuberkulosis yang Lebih Efektif

Selain itu, Prof. Rani juga menyampaikan, perlu dilakukan analisis terhadap tempat diperolehnya antibiotik tersebut.

Apabila rumah sakit menjadi sumber belanja terbesar, pengendalian peresepan dokter harus sesuai dengan indikator rasionalitas peresepan antibiotik dengan diagnosis yang jelas dan berdasarkan pola penyakit yang ada.

Di sisi lain, peran Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) dan apoteker di rumah sakit harus dioptimalkan.

Baca Juga: Tjandra Yoga Aditama: WHO Terbitkan Informasi Cepat tentang Obat Pencegah TBC

Apabila sumber belanja terbesar berasal dari apotek, penyerahan antibiotik perlu dipastikan apakah dengan atau tanpa resep dokter.

Halaman:
1
2
Sumber: Antara

Berita Terkait