DECEMBER 9, 2022
Kolom

Jafar M Sidik: ISKP dan Aksi Teror di Moskow Membuat Dunia Kembali Mewaspadai Terorisme Global

image
Kelompok teroris ISKP (Foto: The Jamestown Foundation)

Empat pria bersenjata menembaki para penonton konser dan kemudian membakar gedung konser itu, sehingga 144 orang meninggal dunia, 360 orang terluka, dan 95 orang lagi hilang karena terperangkap dalam gedung yang akhirnya dibakar oleh keempat teroris itu.

Anak kandung ISIS

Dua pekan sebelum serangan di Crocus City Hall, intelijen Amerika Serikat sebenarnya sudah mengingatkan Rusia mengenai akan adanya serangan teror di Moskow. Rusia menepisnya karena negara ini tengah fokus berperang dengan Ukraina, padahal pada 7 Maret dinas intelijen Rusia berhasil menggagalkan upaya serangan teror di sebuah sinagog di Moskow.

Baca Juga: Viral Video Ustadz Abu Bakar Baasyir Akui Pancasila Sesuai Ajaran Islam

Segera setelah serangan di Crocus City Hall itu, ISKP menyatakan bertanggung jawab, hampir secepat mereka mengakui berada di balik serangan di Kerman, Iran, dua bulan sebelumnya.

ISKP sendiri berbeda dari kelompok-kelompok teroris yang berafiliasi kepada ISIS, karena awalnya memang masuk dalam struktur ISKP sebagai ISIS cabang Khorasan, yang merupakan istilah kuno untuk sebagian wilayah Iran, Afganistan, dan Asia Tengah.

Jika afiliasi-afiliasi ISIS adalah kelompok-kelompok teror independen yang lalu menyatakan bersumpah setia kepada ISIS, maka ISKP justru didirikan oleh para pemimpin ISIS sendiri pada 2014 ketika mereka menguasai dan mendirikan pemerintahan teror di sebagian wilayah Suriah dan Irak.

Baca Juga: Pertama Kali, Abu Bakar Baasyir Ikuti Upacara HUT Ke 77 Republik lndonesia di Ponpes Mukmin Ngruki

Pada akhir 2014, ISIS mengirimkan sekelompok warga Arab ke Afghanistan, untuk mendirikan cabang di sana dan juga menyaingi Alqaeda, yang dekat dengan Taliban.

Berbasis di Afghanistan utara dan timur, ISKP kemudian menjadi musuh bebuyutan Taliban, yang naik berkuasa kembali setelah pasukan Amerika hengkang pada Agustus 2021.

ISKP menganggap Taliban menjual diri karena mau berunding dengan Amerika Serikat dan menerima bantuan negara-negara non Muslim untuk rehabilitasi Afghanistan.

Baca Juga: Tidak Aman di Rumah Sendiri: Israel Tebarkan Teror kepada Warga Sipil di Perbukitan Hebron Selatan

Mereka juga berusaha mendongkel Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, yang juga sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin, karena dianggap mengekang Islam di Tajikistan.

Halaman:
1
2
3
4
Sumber: Antara

Berita Terkait