Denny JA Mengungkap di Balik Kemampuan Memenangkan Pilpres Lima Kali Beruntun
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 21 Februari 2024 08:05 WIB
Tapi juga dengarkanlah suara rakyat banyak yang ada di pegunungan dan di ujung-ujung desa. Karena dalam politik demokrasi, berlaku prinsip one man one vote.
Inilah kenyataannya. Suara satu orang profesor di universitas ternama di Jakarta sama nilainya dengan suara satu petani di ujung Papua, sana, atau di pegunungan di Aceh, yang terisolasi.
Suara kalangan intelektual, satu aktivis yang militan di media sosial sama nilainya dengan suara satu buruh di ujung-ujung kota, di Maluku, di Sulawesi, di Kalimantan.
Baca Juga: Denny JA Terima The Legend Award Memenangkan Pilpres Lima Kali Berturut-turut
Apalagi, mereka lah yang menentukan kemenangan. Dalam demografi populasi Indonesia, yang tak lulus SD, lulus SD, tak lulus SMP, lulus SMP, jumlah mereka 60 persen dari keseluruhan populasi pemilih. Begitu banyaknya.
Sedangkan kalangan terpelajar, mahasiswa yang tamat D3, D1, S1, S2, S3, profesor, hanya 10 persen populasi pemilih. Ini hukum perilaku pemilih.
Ketahuilah mereka wong cilik itu, jumlahnya enam kali lebih banyak dibandingkan wong gede atau kaum terpelajar.
Banyak sekali kalangan terpelajar, akademisi, politisi, yang salah memahami. Mereka mengira apa yang heboh di kota-kota besar, apa yang heboh di media sosial, di WA group yang mereka aktif, mereka mengira itulah miniatur dari pemilih Indonesia, dari Aceh, sampai Papua.
Di situlah mereka kecele dan kaget melihat hasilnya. Persepsi, pilihan, apa yang dianggap penting di kalangan wong cilik acap kali justru berbeda dengan persepsi kalangan terpelajar.
Suara wong cilik ini the silent majority, yang acapkali berbeda dengan apa yang nyaring dan ramai di media sosial dan di kampus-kampus.
Ini hukum pertamanya, perilaku pemilih. Masalahnya, bagaimana cara kita tahu?