Menkominfo Budi Arie Setiadi: Aturan tentang Hak-hak Penerbit Akan Perkuat Industri Pers Nasional
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 20 Februari 2024 12:50 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Menteri Komunikasi dan Informatika atau Menkominfo Budi Arie Setiadi mengemukakan, peraturan tentang hak-hak penerbit merupakan kebijakan afirmatif pemerintah, yang ditujukan untuk memperkuat industri pers nasional.
Budi Arie Setiadi menyampaikan, peraturan presiden (perpres) tentang publisher rights atau hak-hak penerbit, serta Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, diperlukan untuk mendukung penguatan industri pers.
"Langkah ini diperlukan untuk memastikan disrupsi digital tidak menggerus keberlangsungan pelaku industri, namun justru menguatkan," kata Budi Arie Setiadi, sebagaimana dikutip dalam siaran pers kementerian di Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.
Dalam "Konvensi Nasional Media Massa: Pers Mewujudkan Demokrasi di Era Digital" yang berlangsung di Jakarta Utara, Senin, 19 Februari 2024, dia menjelaskan bahwa sebelum pemberlakuan peraturan tentang hak-hak penerbit, akan ada masa transisi selama enam bulan.
Selama masa transisi, ia mengatakan, perusahaan pers bisa mempersiapkan diri untuk menjalankan peraturan tersebut.
"Saya merasa enam bulan bukan waktu yang lama, sehingga harus betul-betul bekerja cepat dan tepat," katanya.
Baca Juga: Gawat, Nonton Streaming Netflix Bakal Kena Sensor Aturan Baru dari Menkominfo Budi Arie Setiadi
Budi yakin, pemberlakuan peraturan tentang hak-hak penerbit dapat mendorong perkembangan industri pers nasional.
"Saya yakin bahwa spirit ini akan menghadirkan masa depan industri pers yang penuh dengan optimisme, industri pers yang agile (tangkas) dan adaptif, industri pers yang berkualitas dan berkelanjutan," kata Budi.
Budi mendorong industri pers nasional untuk menangkap peluang dari digitalisasi global dengan mengembangkan inovasi.
Mengutip data World Association of News Publishers, dia menunjukkan bahwa pendapatan global industri pers mencapai 130 miliar dolar AS (sekitar Rp2 kuadriliun) pada 2023.